Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketergantungan Bahan Baku dan Komponen Impor Jadi Tantangan Utama Industri Perkapalan Tanah Air

Kompas.com - 05/10/2022, 14:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, salah satu tantangan utama yang saat ini sedang dihadapi oleh industri perkapalan di Tanah Air adalah kurang kompetitifnya daya saing produk kapal dalam negeri dibandingkan kapal-kapal impor terutama kapal bekas.

Hal ini menurut dia sebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor terutama yang memiliki nilai tambah yang tinggi seperti mesin kapal dan peralatan navigasi.

"Tantangan utama yang dihadapi industri perkapalan kita adalah kurang kompetitifnya daya saing produk kapal dalam negeri dibandingkan kapal-kapal impor terutama kapal bekas yang disebabkan beberapa faktor antara lain tingginya ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor terutama yang memiliki nilai tambah yang tinggi seperti mesin kapal dan peralatan navigasi, terbatasnya dukungan pembiayaan yang kompetitif, serta belum efisiennya prosedur dan tahapan pembangunan kapal," ujarnya dalam acara Pengukuhan Ketua Umum dan Pengurus DPP Iperindo Periode 2022-2026 di Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: Indonesia Tertarik Kerja Sama Kembangkan Kapal Listrik dengan Denmark

Padahal, lanjut dia, industri perkapalan memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional karena karakteristiknya yang padat karya, modal, dan teknologi.

Selain itu, sektor industri perkapalan juga memiliki backward linkage dan forward linkage yang panjang.

Menperin Agus membeberkan, berdasarkan perhitungan input-output, pada rilis tahun 2021, menunjukkan transaksi barang dan jasa sektor kapal dan jasa perbaikannya mencapai Rp 27,65 triliun, dengan 3 sektor utama yang menjadi input adalah sektor kapal dan jasa perbaikannya 29 persen, perdagangan selain mobil dan sepeda motor 19 persen, dan barang-barang logam lainnya 6 persen.

Sedangkan distribusi output kepada tiga sektor terbesar adalah kapal dan jasa perbaikannya 56 persen, jasa angkutan laut 16 persen, dan jasa angkutan sungai danau dan penyebrangan 11 persen.

Agus juga mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 250 galangan kapal yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan 127 industri pendukung yang memproduksi bahan baku dan komponen yang sesuai standar marine use.

Baca juga: BKI Siap Bantu PT PAL Indonesia Bangun Kapal Perang

Galangan kapal Indonesia telah berpengalaman dalam membangun berbagai jenis kapal, mulai dari kapal penumpang, kapal kargo, hingga kapal tujuan khusus dengan fasilitas graving dock terbesar yaitu 300.000 Dead Weight Tonnage (DWT).

Dia menambahkan, pada periode 2019 sampai 2021 sudah ada sudah 473 unit kapal yang dibangun di dalam negeri dengan proporsi terbesar adalah Barge 274 unit dan Tug 100 unit.

Disamping itu, pada periode bulan Januari-Agustus 2022 dan sudah ada 363 permohonan pembangunan kapal baru di galangan kapal dalam negeri.

"Angka ini menunjukkan para pemilik kapal/shipowners baik dari Kementerian dan Lembaga, BUMN, dan Swasta semakin mempercayai galangan kapal dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan armada kapalnya," kata Menperin Agus.

Baca juga: PT DPL Garap Proyek Perbaikan Kapal Ke-1000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com