Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sederet Tantangan yang Bikin Milenial Susah Beli Rumah

Kompas.com - 05/10/2022, 19:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN mencatat hingga saat ini sudah 3,5 hingga 4 juta generasi milenial mendapatkan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau dengan komposisi terbesar dari pembiayaan KPR BTN.

“Dari sejak BTN berdiri sampai sekarang ada 80 persen total pembiayaan KPR yang disalurkan untuk milenial, kurang lebih 3,5 juta hingga 4 juta. Ini termasuk KPR subsidi dan non subsidi,” kata Mochamad Yut Penta Kepala Divisi Subsidized Mortage Lending PT Bank Tabungan Negara Tbk dalam Webinar “Mengatasi Backlog Perumahan di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga”, Rabu (5/10/2022).

Penta mengatakan, saat ini BTN banyak membiayai KPR untuk rumah subsidi bagi masyarakat first time home buyer atau pembelian rumah pertama. Namun demikian, backlog perumahan masih saja terjadi, sehingga dinilai perlu disiasati dengan beberapa strategi.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik, Bunga KPR Subsidi Tetap 5 Persen

Hal utama adalah, dari sisi preferesi prilaku generasi milenial atau kriteria hunian yang dibutuhkan milenial. Misalkan saja berdasarkan lokasi, akses, dan fasilitas. Saat ini milenial perkotaan membutuhkan akses dan fasilitas yang lengkap untuk mendukung kegiatan mereka, sehingga konsep hunian berbasis TOD cukup diminati.

“Kita harus tau prilaku preferensinya. Lokasinya juga harus dipinggir atau perbatasan kota, tersedia fasilitas pendidikan, olahraga, dan dekat dengan transportasi umum,” lanjut Penta.

Menurut Penta, alasan milenial saat ini masih belum memiliki rumah adalah karena belum ada yang tepat. Maka dari itu, penting untuk menyesuaikan tipe kebutuhan rumah para generasi milenial, yang dikorelasikan dengan para pengembang.

“Ini chalange-nya. Alasan seperti itu butuh perhatian bagaimana nanti bisa memenuhi kriteria hunian milenial tadi, jadi pilihannya itu seperti apartemen, perumahan di pinggir kota, ataupun co-living,” tambahnya.

Saat ini, ketersediaan rumah mencapai 27.230 jenis stock, ada yang high rise sebanyak 20.020 unit dan stock landed house 7.210 unit. Untuk mendorong minat milenial, BTN juga menjalin kerja sama dengan beberapa pengembang termasuk BUMN Karya, dan pengembang lainnya.

Baca juga: Cara Menghitung Cicilan KPR Mudah dengan Karls Mortgage Calculator

“Kita kerja sama dalam pengembangan rumah milenial dengan membiayai proyek pembangunan TOD bersama BUMN Karya dan Developer lainnya, seperti Perumnas, Agung Podomoro, dan Adhi Properti,” lanjutnya.

Sementara itu, Ali Tranghanda CFO Indonesia Property Watch menyampaikan, tidak semua milenial masuk dalam golongan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), karena ada juga generasi milenial yang memiliki penghasilan besar.

Dari survei yang dilakukan tahun 2021, Ali mencatat rata-rata penghasilan milenial adalah Rp 8,5 juta per bulan. Ini artinya, mereka bisa membeli rumah dengan kisaran harga Rp 200 juta hingga 300 juta.

“Kalau kita dalami, dengan penghasilan segitu seharusnya mampu beli rumah. Namun, milenial yang berada di perkotaan cenderung “gengsi” kalau mau beli rumah subsidi, atau FLPP. Tapi beli rumah Rp 300 juta hingga Rp 500 juta di kota Jakarta enggak ada,” ungkap Aji.

Dia mengatakan, perilaku seperti itu mendorong para generasi milenial yang hidup dan bekerja di perkotaan cenderung untuk sewa rumah. Di sisi lain, ada alasan mengapa milenial di perkotaan enggan membeli rumah subsidi atau FLPP, karena lokasi yang jauh sehingga membutuhkan waktu lebih banyak di jalan.

“Kalau kerja di Jakarta itu, masih terlalu jauh. Milenial bisa 2 jam di jalan, atau dengan kereta 45 menit itu bisa saja, tapi kan tetap ada waktu yang dibutuhkan. Ya, pilihannya banyak pekerja di kota akan menyewa rumah,” tambah dia.

Ali menilai, saat ini kebutuhan rumah para milenial di perkotaan belum terakomodir dengan baik. Menurut dia, segmen di tengah-tengah ini merupakan golongan yang tidak mau membeli rumah subsidi, namun juga tidak mampu membeli rumah di perkotaan.

“Ada segmen di tengah-tengah, yang enggak bisa beli rumah subsidi, tapi ke atas pun juga tidak bisa, jadinya menyewa. Kami berharap ada sinergi dan kolaborasi BUMN melalui tanah yang dimiliki agar masuk ke segmen ini,” tegas Ali.

Baca juga: Minat Ajukan KPR? Simak Dulu Daftar Suku Bunga Dasar Kredit Perbankan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com