Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan BI Naik, Backlog Perumahan Bakal Melebar?

Kompas.com - 06/10/2022, 10:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps, suku bunga Deposit Facility 50 bps, serta suku bunga Lending Facility 50 bps menjadi ancaman melebarnya potensi backlog perumahan.

Kepala Divisi Subsidized Mortage Lending PT Bank Tabungan Negara Tbk Mochamad Yut Penta menilai, backlog perumahan didominasi oleh segmen low income household dengan tingkat keterjangkauan dalam memenuhi rumah masih rendah.

“Indonesia memiliki permasalahan backlog kepemilikan sebesar 12,7 juta, 50 persen MBR tidak layak huni, 4 juta backlog kepemilikan rumah pekerja informal, dan rasio mortage kepada PDB hanya 3 persen,” kata Penta dalam dalam Webinar “Mengatasi Backlog Perumahan di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga”, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: 80 Persen Keluarga Belum Punya Rumah, Backlog Perumahan RI Kini di Atas 12 Juta

Penta mengungkapkan, backlog perumahan tidak hanya disebabkan karena kemampuan finansial saja, tapi juga peningkatan penghasilan lebih rendah daripada laju peningkatan harga properti.

Di sisi lain, demand KPR baik subsidi maupun non subsidi yang masih tinggi. Saat ini, diperkirakan KPR dapat tumbuh sebesar 12,5 persen di 2022. Sementara di tahun 2023, demand KPR bisa tumbuh 13,5 persen.

“Sementara dari sisi supply, yaitu kredit ke sektor Real Estate diperkirakan tumbuh sebesar 8 persen di tahun 2022, dan 9 persen di tahun 2023,” lanjut dia.

Masalah kenaikan suku bunga acuan BI menambah pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan backlog perumahan di Tanah Air yang angkanya saat ini masih tinggi, yaitu 12,75 juta. Untuk itu, Penta mengatakan ada beberapa strategi yang bisa dilakukan.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik, Bunga KPR Subsidi Tetap 5 Persen

Hal utama adalah, dari sisi preferesi prilaku milenial atau kriteria hunian yang dibutuhkan milenial. Misalkan saja berdasarkan lokasi, akses, dan fasilitas. Saat ini milenial perkotaan membutuhkan akses dan fasilitas yang lengkap untuk mendukung kegiatan mereka, sehingga konsep hunian berbasis TOD cukup diminati.

“Kita harus tau prilaku preferensinya. Lokasinya juga harus dipinggir atau perbatasan kota, tersedia fasilitas pendidikan, olahraga, dan dekat dengan transportasi umum,” lanjut Penta.

Menurut Penta, alasan milenial saat ini masih belum memiliki rumah adalah karena belum ada yang tepat. Maka dari itu, penting untuk menyesuaikan tipe kebutuhan rumah para milenial, yang dikorelasikan dengan para pengembang.

“Ini chalange-nya. Alasan seperti itu butuh perhatian bagaimana nanti bisa memenuhi kriteria hunian milenial tadi, jadi pilihannya itu seperti apartemen, perumahan di pinggir kota, ataupun co-living,” tambahnya.

Baca juga: Minat Ajukan KPR? Simak Dulu Daftar Suku Bunga Dasar Kredit Perbankan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com