Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahan Modal Asing Keluar dan Jaga Nilai Tukar Rupiah, BI Perlu Naikkan Suku Bunga Jadi 4,75 Persen

Kompas.com - 19/10/2022, 16:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2022.

Ekonom dari LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, sebab BI perlu menaikkan suku bunga acuannya agar dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang masih berpotensi untuk melemah.

Pasalnya, meskipun BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, derasnya arus modal keluar menyebabkan pelemahan Rupiah menjadi Rp 15.485 pada pertengahan Oktober 2022.

Baca juga: BI Diperkirakan Bakal Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan, Ini Sebabnya

Untuk itu, sebagai langkah preventif mengantisipasi potensi aliran modal keluar tambahan akibat kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed bulan depan, BI perlu menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen pada bulan ini.

"BI perlu tetap berada selangkah lebih depan dengan menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah potensi aliran modal keluar tambahan dari kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (19/10/2022).

Baca juga: Inflasi AS Masih Panas, Siap-siap Suku Bunga The Fed Naik Lagi

Sikap selangkah lebih depan ini, kata dia, diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik.

Pada saat yang sama, Pemerintah Indonesia dapat melakukan langkah-langkah untuk menjaga momentum pemulihan permintaan dan optimisme sektor riil terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Kadin Berharap BI Tak Lagi Naikkan Suku Bunga Acuan, Ini Sebabnya

Jaga inflasi

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga perlu dilakukan BI agar ekspektasi inflasi tetap terjaga lantaran inflasi nasional terus melambung di atas kisaran target BI pasca-penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September 2022.

Sebab seperti diketahui, tingkat harga sektor energi dan transportasi mencatat lonjakan tertinggi pada September 2022 di tengah masih tingginya harga energi dan pangan global.

"Kenaikan tingkat harga sedikit mengoreksi kepercayaan konsumen meski masih dalam teritori optimis," kata dia.

Dari sisi eksternal, surplus perdagangan menurun akibat tren normalisasi harga komoditas global. Meskipun terjadi pelemahan eksternal, dia bilang, sentimen terhadap perekonomian domestik dalam jangka panjang masih cukup menjanjikan.

Baca juga: Dalam Sepekan, Rp 4,22 Triliun Modal Asing Hengkang dari Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com