Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Said Abdullah
Ketua Badan Anggaran DPR-RI

Ketua Badan Anggaran DPR-RI. Politisi Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan.

Prospek Ekonomi Kita di Penghujung 2022

Kompas.com - 22/10/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGATAN bertubi-tubi membanjiri ruang publik terkait akan datangnya resesi global. Peringatan ini juga datang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun tahun politik datang lebih awal bagi kita. Prediksi akan terjadi resesi global disampaikan dan diberikan narasi yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing masing pihak.

Sesungguhnya, peringatan Presiden Joko Widodo dimaksudkan agar kita sebagai bangsa bersiap diri, sekaligus mengingatkan seluruh jajaran pemerintahan untuk berpikir dan bertindak mitigatif.

Sedihnya, oleh sebagian kita, karena interest politik, pembicaraan soal resesi global dijadikan teror, sekaligus isu untuk mendelegitimasi kebijakan pemerintah dengan hanya menyajikan sebagian kepingan data untuk memperkuat framing isu yang diproduksi.

Baca juga: Indonesia di Tengah Bayang-bayang Resesi Global

Berlatar belakang kejadian inilah, saya tergerak membawa kembali diskursus ketahanan ekonomi kita menghadapi resesi global secara obyektif, berdasarkan basis data utuh, dan proyeksi lembaga yang kredibel.

Saat ini dunia memang dihantui inflasi tinggi sekaligus kontraksi ekonomi. Globalisasi memudahkan inflasi dan kontraksi ekonomi merambat di banyak kawasan lain.

Seberapa jauh “pandemi” inflasi dan kontraksi ekonomi menimpa ekonomi kita?

Pintu masuk inflasi bisa bersumber dari kenaikan harga barang-barang impor, dan kurs mata uang. Sumber inflasi juga bisa muncul dari domestik, seperti gagal panen karena bencana hidrometerologi.

Rambatan inflasi yang menerpa kita sebulan terakhir karena kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan menaikkan harga BBM sebagai pilihan yang tidak terhindarkan akibat melonjaknya harga minyak bumi dunia, serta pertumbuhan permintaan domestik.

Bahkan dengan tetap menaikkan harga BBM bersubsidi, alokasi anggaran subsidi tetap melonjak hingga Rp 502 triliun tahun ini.

Dampaknya, terjadi lonjakan inflasi sektor transportasi yang pada Agustus 2022 sebesar 5,01 persen menjadi 14,33 persen pada September. Bersyukur, melalui langkah pengendalian inflasi yang baik, inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau malah turun sejak Juli 2022, dari posisi 7,46 persen menjadi 5,53 persen di Agustus, dan sedikit turun 5,22 di September.

Selain itu, turunnya beberapa harga komoditas impor seperti gandum memberi kontribusi turunnya inflasi makanan. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia awal Juli lalu yang menyepakati produk gandum kedua negara masuk ke pasar internasional berkontribusi besar bagi stabilisasi harga gandum, demikian pula kedelai sejak Juli harganya relatif stabil.

Dibandingkan dengan negara-negara sekawasan, inflasi kita lebih rendah di level 5,95 persen, Singapura 7,5 persen, Filipina 6,9 persen, Thailand 6,41 persen. Sementara kawasan negara maju, zona Eropa masih di level 9,9 persen, Amerika Serikat 8,2 persen.

Saya perkirakan inflasi kita akhir tahun ini menyentuh 6,3-6,6 persen.

Pintu lain yang harus kita waspadai adalah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sesungguhnya, bukan hanya rupiah yang mengalami depresiasi.

Baca juga: Inflasi AS Capai 8,2 Persen pada September 2022, Lebih Tinggi dari Perkiraan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com