Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Distribusi yang Tidak Merata Bikin Harga Pangan Jomplang

Kompas.com - 24/10/2022, 17:22 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau Nasional Food Agency (NFA) menilai distribusi yang tidak merata menjadi salah satu permasalahan di sektor pangan. Hal ini mengingat ada daerah yang mengalami surplus komoditas pangan tertentu, sementara di daerah lain mengalami defisit.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa mengatakan, meski Indonesia dikenal dengan kekayaan alamnya hingga ada istilah "tongkat kayu dan batu jadi tanaman di Indonesia", namun hal itu tak menjadi patokan dalam mendorong ketahanan pangan.

Ia menjelaskan, perbedaan kondisi pasokan pangan di setiap daerah mempengaruhi harga jual. Di daerah produsen cabai, harga jual cabai akan murah, bahkan anjlok. Tetapi di daerah bukan penghasil cabai, harganya akan sangat tinggi.

Baca juga: Badan Pangan Nasional Waspada, Stok Kedelai Terbatas

"Kita tidak boleh terpaku dengan kalimat 'kayu dan batu jadi tanaman di Indonesia'. Jangan. Itu berbahaya, seolah-olah semua daerah kita subur, padahal kondisi riil di lapangan adalah ada daerah surplus, ada daerah defisit (pangan)," ungkapnya dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Selatan, Senin (24/10/2022).

"Ini menjadi kendala, problem. Tatkala di daerah defisit harganya pasti naik kemudian di daerah surplus harganya jadi turun. Ini yang perlu peran kita bersama antara pemerintah, BI (Bank Indonesia), dan kami (Bapanas)," lanjutnya.

Oleh karena itu, kata Astawa, gerakan nasional pengendalian inflasi pangan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Hal ini guna memastikan kecukupan pasokan komoditas pangan di setiap daerah dan mencegah kenaikan inflasi yang tinggi.

Baca juga: Di Tengah Krisis Pangan Global, Mentan SYL Sebut KUR Jadi Solusi Permodalan Petani


"Ada daerah yang surplus Sulawesi, salah satunya surplus beras dan cabai, di Gorontalo surplusnya jagung. Tapi di tempat lain dia minus, defisit. Ini problem yang mendasar, sehingga gerakan nasional pengendalian inflasi menjadi penting," jelas dia.

Ia mengatakan, para pemangku kebijakan saat ini tengah berupaya untuk menjaga laju inflasi tidak melebihi pertumbuhan ekonomi. Adapun per September 2022 laju inflasi nasional tercatat mencapai 5,95 persen (year on year).

Maka untuk mengendalikan laju inflasi, Bapanas bersama para pemangku kebijakan lainnya melakukan mobilisasi komoditas pangan antara daerah yang surplus dan defisit. Selain itu, menggelar operasi pasar murah di berbagai daerah yang mengalami defisit pangan.

Baca juga: Pemerintah Ubah Perhitungan Harga Jual Eceran BBM

Lebih lanjut, Astawa mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan kebijakan pengendalian harga pangan yang diharapkan bakal menjadi acuan harga dalam transaksi perdagangan. Ia bilang, penataan harga komoditas pangan ini untuk memastikan petani mendapatkan kesejahteraannya, pedagang mendapatkan untung yang wajar, dan konsumen tidak merasa berat dengan harga di pasaran.

"Sebelum ada badan pangan, perdagangan ngejarnya harga murah di konsumen, sementara pertanian ngejarnya (harga di) petani harus ditinggikan. Dengan adanya badan pangan, mari kita wajarkan. Prinsipnya, petani sejahtera harus kita kedepankan, pedagang untung yang wajar, dan bagaimana bisa menjaga konsumen menjadi tersenyum dan tidak resah," pungkasnya.

Baca juga: Shopee dan Tokopedia Kenakan Biaya Tambahan Rp 1.000 Per Transaksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com