Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Cara Mengelola Keuangan Saat Terjadi Resesi Global

Kompas.com - 25/10/2022, 17:01 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama BRI Finance Azizatun Azhimah mengatakan, literasi keuangan sangat penting untuk mencapai tujuan finansial. Apalagi, saat ini terdapat berbagai tantangan yang menghambat tujuan finansial.

Tantangan itu yakni krisis ekonomi, baik secara global, lokal, hingga tataran rumah tangga, termasuk resesi global. Oleh karena itu, untuk menghadapi resesi global, seseorang harus mampu mengelola risiko turbulensi ekonomi sehingga mampu bertahan dan melewatinya dengan baik.

“Kita harus bisa me-manage current crisis, untuk apa? Agar survive, dari sekarang makanya belajar. Kemudian yang pasti preparing for new future, tidak mungkin segala sesuatunya kita tidak prepare,” ujar Azizatun dalam siaran pers, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: Ini Strategi BNI Jaga Likuiditas di Tengah Ancaman Resesi Global

Dia mengatakan, saat ini perekonomian global dihadapkan pada tantangan besar dan tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, inflasi yang sangat tinggi dan direspons oleh berbagai bank sentral dengan cara meningkatkan suku bunga. Tantangan lainnya adalah masalah geopolitik Ukraina dan Rusia yang mendorong krisis pangan dan energi.

Azizatun mengungkapkan, strategi pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan keuangan secara berkala. Hal ini mencakup sumber keuangan, dan alokasi keuangannya.

“Kemudian barulah pengeluarannya dibuat sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi jangan terlena atau terbawa penawaran yang mungkin kita nggak perlu. Karena seringkali kita membeli itu berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan,” kata Azizatun.

Baca juga: LKPP: Percepatan Realisasi Pengadaan Produk Dalam Negeri Dipercaya Mampu Hindari Resesi


Azizatun menyebut, generasi muda dengan segala kreatifitasnya juga dapat menyisihkan uang untuk berwirausaha, atau dengan keterampilan yang dimiliki mencari pemasukan tambahan.

Kedua, smart spending yaitu mengutamakan kebutuhan di atas keinginan. Selain itu mengatur kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien.

Ketiga, adalah smart loan, yaitu menghindari pinjaman untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Perilaku konsumtif bisa saja dilakukan dengan batasan mempunyai kemampuan membayar setelah terpenuhinya kebutuhan pokok.

Baca juga: Hadapi Potensi Resesi 2023, HIPMI Jakarta Selatan Kembangkan Model Bisnis Berkelanjutan

“Perlu diingat pinjaman harus ke lembaga jasa keuangan yang terdaftar atau berizin dan diawasi oleh OJK. Jadi jangan pinjam ke pinjol yang enggak jelas dan sebagainya,” ucapnya.

Keempat, mengatur porsi pengeluaran sesuai prioritas sehingga penghasilan dapat diatur sesuai skala prioritas. Azizah pun menyarankan penghasilan dapat dibagi dengan rumus 40, 30, 20, 10.

Artinya 40 persen dialokasikan untuk kebutuhan harian. Sekitar 30 persen untuk hiburan atau hobi, 20 persen dialokasikan untuk investasi dan sisanya bagi dana sosial.

Baca juga: Tidak Perlu Khawatir Resesi, Ini 3 Tips yang Dapat Dicoba untuk Mengantisipasinya

Produce more, cari peluang sumber income sebanyak-banyaknya, baik active maupun passive income. Kemudian invest the rest, menabung dan berinvestasi cerdas sejak dini,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama Corporate Secretary BRI Finance Taufiq Kurniadihardja mengatakan, literasi keuangan termasuk perencanaan cerdas dalam hal finansial sangatlah penting.

Menurut data survei OJK pada 2019 terkait survei nasional literasi dan inklusi keuangan, tingkat literasi keuangan itu hanya sebesar 38 persen. Sedangkan indeks inklusi keuangan itu sebesar 76,19 persen.

Baca juga: BBCA Kembali Sentuh Level Tertinggi, Kekayaan Hartono Bersaudara Turut Terkerek?

"Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia secara umum belum memahami dengan baik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, padahal literasi keuangan merupakan keterampilan yang penting dalam rangka pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan individu, perlindungan konsumen dan peningkatan inklusi keuangan, jadi literasi keuangan ini memang sangat penting,” kata Taufiq.

Taufiq mengungkapkan, saat ini produk dari lembaga jasa keuangan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Terlebih dengan perkembangan teknologi hampir semua jasa keuangan bisa diakses dengan mudah.

“Masyarakat perlu mengetahui manfaat dan risikonya. Sehingga lebih mampu mengelola keuangan dengan cerdas. Dengan memberikan awareness, pemahaman, supaya bisa mengelola keuangannya secara bijak, tepat guna, dan produktif,” kata dia.

Baca juga: Hadapi Resesi 2023, Ini Jurus yang Disiapkan Pemerintah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com