Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kriteria Perusahaan yang Rentan Terhadap Resesi

Kompas.com - 26/10/2022, 18:50 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi ekonomi global yang masih tertekan oleh lonjakan inflasi disertai kenakan suku bunga acuan yang agresif membuat ancaman resesi menjadi semakin nyata. Hal ini telah berulang kali disampaikan oleh ekonom, analis, hingga pejabat negara.

Perlambatan ekonomi global diproyeksi merembet ke roda perekonomian nasional. Sejumlah sektor usaha dalam negeri akan terpukul oleh kontraksi perekonomian dunia.

Lantas, perusahaan seperti apa yang berpotensi sangat terpukul resesi global?

Baca juga: 4 Cara Mengelola Keuangan Saat Terjadi Resesi Global

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, setidaknya terdapat tiga ciri utama perusahaan yang paling rentan terhadap dampak resesi. Pertama, perusahaan yang memiliki porsi impor bahan baku yang dominan.

"Sehingga pelemahan kurs rupiah mendorong biaya produksi lebih tinggi," kata dia, kepada Kompas.com, Rabu (26/10/2022).

Ciri kedua, perusahaan yang berorientasi ekspor, khususnya ke negara AS dan negara Eropa. Pasalnya, negara-negara tersebut memiliki potensi resesi yang lebih besar ketimbang negara lain.

"Ketiga, usaha dengan konsumen yang sensitif terhadap kenaikan harga barang atau jasa," ujarnya.

Baca juga: Tidak Perlu Khawatir Resesi, Ini 3 Tips yang Dapat Dicoba untuk Mengantisipasinya

Dengan melihat kriteria-kriteria tersebut, Bhima mengungkapkan, sektor-sektor usaha yang rentan terhadap resesi akan datang di antaranya adalah, tekstil pakaian jadi, jasa ritel, industri otomotif, dan elektronik. Selain itu, sektor properti dan konstruksi juga akan terpukul.

"(Sektor properti dan konstruksi) terimbas naiknya bahan material bangunan dan suku bunga," katanya.

Di sisi lain, Bhima menyebutkan, masih terdapat sejumlah sektor usaha yang akan mampu bertahan di tengah kondisi resesi. Adapun ciri utamanya ialah masih tingginya permintaan dari masyarakat meskipun perekonomian melambat.

"Makanan minuman tetap akan dibeli masyarakat karena terkait kebutuhan produk," ucap Bhima.

Baca juga: Hadapi Resesi 2023, Ini Jurus yang Disiapkan Pemerintah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com