Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Ekonomi Global, Sri Mulyani ke PLN: Hati-Hati, Berdampak Sistemik!

Kompas.com - 27/10/2022, 08:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan PT PLN (Persero) untuk berhati-hati menghadapi gejolak perekonomian global. Sebab, sebagai perusahaan yang memonopoli sektor kelistrikan, PLN memiliki dampak sistemik bagi perekonomian nasional.

Ia menjelaskan, kondisi global saat ini dihadapkan persoalan krisis energi, di mana sejumlah komoditas utama mengalami kenaikan harga. Terutama batu bara, minyak mentah, dan gas yang merupakan bahan baku dari produksi listrik PLN.

Di sisi lain, kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menaikkan suku bunga acuan sebagai respons terhadap lonjakan inflasi, telah membuat dollar AS menguat dan memukul seluruh mata uang negara lainnya.

Baca juga: Sri Mulyani Tantang PLN Masuk Daftar Perusahaan Energi Terbaik Dunia

"PLN pasti nanti juga terkena dampaknya. Situasi sekarang ini harus semuanya dikelola, termasuk PLN sebagai BUMN yang memiliki peran sangat besar, dan dampak dari PLN itu sistemik ke seluruh negara dan pada keuangan negara," ungkap Sri Mulyani dalam acara PLN: Leaders Talk Series #2, Rabu (26/10/2022).

Bendahara Negara itu mengatakan, kondisi ekonomi global yang dibayangi lonjakan inflasi, krisis energi, hingga tren kenaikan suku bunga acuan memberikan tekanan yang besar bagi seluruh negara di dunia. Ia bahkan bilang, ada 60 negara yang terancam alami krisis utang akibat gejolak ekonomi global.

Menurut Sri Mulyani, selain APBN yang sehat, sektor energi turut menjadi nadi dari perekonomian nasional. Dia menilai, ekonomi akan kuat jika ketersediaan energi, dalam hal ini listrik, juga bisa terlaksana dengan baik, bersih, dan efisien.

Begitu pula dalam pengelolaan di tingkat organinasi. Jika PLN beroperasi dengan efisien, profesional, berintegritas, memiliki kualitas energi yang bagus, serta transisi ke energi bersih, maka artinya turut menggambarkan indikator kesehatan perekonomian Indonesia.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut 60 Negara Berpotensi Alami Krisis Utang

"PLN sebagai monopoli listrik, Anda bertanggung jawab. Kalau ekonomi kuat, itu pasti karena energinya bersih dan efisien, nadinya juga kuat serta bersih. Maka, anda berpikir sebagai pimpinan, harus juga melihat di dalam konstelasi itu," ucapnya.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menekankan, segala pergerakkan yang dilakukan PLN akan sangat berarti bagi perekonomian nasional. Maka, dalam setiap langkahnya harus dipertimbangkan dengan baik agar memberikan dampak yang optimal dalam mendukung perekonomian Indonesia.

"Jajaran pimpinan PLN harus menyadari, apa yang Anda lakukan itu matters (penting), sangat-sangat berarti. Apakah anda merupakan bagian dari solusi atau Anda menjadi penambah masalah bagi RI, ketika saat ini seluruh dunia sedang dihadapkan pada tantangan-tantangan yang tidak mudah," tutup Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2022 Capai 5,5 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com