Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Guncangan Ekonomi Global Bukan "Kaleng-kaleng"

Kompas.com - 28/10/2022, 19:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, guncangan perekonomian dunia yang terjadi saat ini bukanlah 'kaleng-kaleng'. Oleh sebab itu, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) memiliki peranan penting untuk bisa meredam guncangan yang terjadi.

Terlebih, guncangan ekonomi global diproyeksi akan berlanjut di tahun depan, bahkan lembaga-lembaga internasional memprediksi bakal terjadinya resesi global di 2023.

"Menarik untuk didalami mengenai APBN 2023, menjawab tantangan-tantangan masyarakat dan ekonomi yang continuously under a lot of shock (terus mengalami goncangan). Shock-nya ini bukan shock kaleng-kaleng istilahnya, shock-nya itu gede banget," ujar Sri Mulyani dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat dan Berkelanjutan di Tengah Risiko, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Risiko Ekonomi Global, Sri Mulyani ke PLN: Hati-Hati, Berdampak Sistemik!

Ia memaparkan, ekonomi global sempat tertekan akibat pandemi Covid-19, namun ketika mulai terjadi pemulihan malah justru diperhadapkan guncangan akibat perang Rusia dan Ukraina. Kini dunia sedang menghadapi krisis pangan dan energi, lonjakan inflasi, dan tren kenaikan suku bunga acuan yang melemahkan perekonomian.

Di sisi lain, dunia juga dihadapkan persoalan perubahan iklim yang berdampak pada perekonomian, khusunya pada produksi pangan.

Maka di tengah guncangan-guncangan itu, APBN harus mampu memainkan peran sebagai peredam guncangan atau shock absorber agar perekonomian tetap kuat dan berdaya tahan.

"Kalau APBN-nya sendiri enggak tahan, APBN-nya jebol duluan, kalau APBN-nya jebol duluan, ekonominya ikut jebol," kata dia.

Sri Mulyani menyebut, beberapa sudah mengalami kondisi keuangan negara yang tak mampu menahan guncangan, salah satunya yakni Sri Lanka. Selain itu, ada Inggris yang kini kondisi APBN-nya juga terganggu akibat kebijakan fiskal terbarunya.

Baca juga: Kata Sri Mulyani Ada 4 Negara Jauh dari Ancaman Resesi, Apakah Indonesia Termasuk?

"Anda lihat Sri Lanka, negara yang dalam krisis. Kemudian sekarang yang baru saja kita lihat di Inggris, hanya gara gara APBN-nya salah menimbulkan krisis politik sampai kemudian terjadi pergantian pimpinan negara," ungkap dia.

Oleh sebab itu, dalam mendesain APBN, pemerintah sangat mempertimbangkan kondisi perekonomian global agar mampu meredam guncang-guncangan tersebut. Saat ini ekonomi Indonesia pun cukup terjaga di tengah gejolak ekonomi global, yang ditandai dengan terjaganya pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen.

Pada kuartal I-2022 ekonomi tercatat tumbuh 5,01 persen dan berlanjut di kuartal II-2022 dengan tumbuh sebesar 5,44 persen. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 juga diyakini masih akan kuat karena permintaan tetap tinggi meski adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kendati demikian, gejolak ekonomi global yang akan berlanjut hingga tahun depan, tetap perlu diwaspadai. Oleh karena itu, pengelolaan APBN harus tetap hati-hati agar terjaga kesehatannya.

"APBN bukan instrumen yang bisa terus durable tanpa daya tahan maksimal. Makanya fungsi kita untuk bisa menjaga APBN, menjaga rakyat, dan menjaga ekonomi," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi RI Dianggap Cerah dalam Kondisi Dunia yang Makin Memburuk...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com