Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Komoditas Diproyeksi Melemah, Pendapatan Negara 2023 Ditarget hanya Tumbuh 1,1 Persen

Kompas.com - 29/10/2022, 11:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memproyeksi pendapatan negara tahun depan hanya akan tumbuh 1,1 persen dibandingkan tahun ini. Lantaran, penerimaan negara tahun ini meningkat signifikan berkat melonjaknya harga komoditas ekspor unggulan Indonesia.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menjelaskan, meroketnya harga komoditas unggulan Indonesia memberikan windfall profit atau keuntungan bagi penerimaan negara, terutama batu bara dan minyak mentah kelapa sawit (CPO).

Kendati demikian, tren lonjakan harga komoditas itu tak berarti akan terjadi selamanya, maka pemerintah pun mewaspadai pelemahan harga komoditas di tahun depan. Oleh sebab itu, penerimaan negara diperkirakan bakal tumbuh lebih rendah dari tahun ini.

"Pendapatan negara kita asumsikan akan tumbuh 1,1 persen saja dari tahun 2022 ke 2023. Karena kita tahu bahwa 2022 kita menikmati harga komoditas yang tinggi sehingga dampaknya bagi penerimaan kita sangat baik," ujarnya dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat dan Berkelanjutan di Tengah Risiko, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Target Pendapatan Negara 2023 Dipatok Rp 2.443,6 Triliun, Paling Besar dari Perpajakan

Hingga September 2022, pendapatan negara tercatat sudah mencapai Rp 1.974,7 triliun atau tumbuh 45,7 persen secara tahunan (year on year/yoy). Rinciannya, penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.542,6 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 431,5 triliun.

Febrio pun meyakini, penerimaan perpajakan pada tahun ini masih akan meningkat hingga mencapai di atas Rp 2.000 triliun. Namun, di sisi lain pemerintah juga tetap menyiapkan skenario apabila situasi di 2023 berubah, dalam konteks harga komoditas mengalami pelemahan.

"Kita tidak mau gegabah. Kita harus siap dengan skenario di mana harga komoditas mungkin tidak akan setinggi itu lagi untuk di tahun 2023 sehingga kita harus siapkan bagaimana APBN kita itu akan tetap antisipatif," jelasnya.

Baca juga: Sri Mulyani Bilang, Pendapatan Negara Sudah Melejit 50,3 Persen

 


Seiring dengan antisipasi pelemahan harga komoditas di tahun depan, pemerintah juga menyiapkan belanja negara dengan hati-hati. Bila pada tahun ini berkat windfall profit APBN bisa berperan baik sebagai peredam guncangan atau shock absorber dari kondisi global, maka fungsi itu perlu dijaga pula di tahun depan .

"APBN harus berperan jadi shock absorber yang sangat kuat di tahun 2023. Jadi di satu sisi pendapatan kita harus konservatif, di sisi belanja juga harus kita siapkan dengan baik. Ini bicara mitigasi risiko," pungkas Febrio.

Baca juga: Pendapatan Negara 2021 Capai 115,5 Persen, Sri Mulyani: Pertama Kali dalam 12 Tahun...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com