Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Sebut 2 Ancaman Ini yang Membuat Dunia Tidak Baik-baik Saja

Kompas.com - 31/10/2022, 15:40 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) membeberkan dua ancaman yang berasal dari global yang dapat berdampak pada perekonomian Indonesia.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, BI melihat ada potensi harga energi baik minyak maupun gas global akan naik dalam beberapa bulan ke depan.

Namun, yang akan terkena dampak terbesar ialah negara-negara di Eropa. Bahkan di Eropa berpotensi terjadi krisis energi.

Baca juga: BI: Kebijakan Suatu Negara Bisa Jadi Lingkaran Setan di Era Ketidakpastian Global

"Apakah Eropa bisa mengatasi musim dingin yang sekarang ini sedang terjadi dengan pasokan gas yang dibatasi oleh Rusia," ujarnya saat acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Tengah, Senin (31/10/2022).

Kemudian dari sisi pasokan pangan berpotensi terganggu sehingga harga pangan dapat merangkak naik. Hal ini lantaran terjadi perang antara Rusia dan Ukraina.

Salah satunya ketika Rusia mengancam akan meledakkan semua kapal yang membawa gandum dari Ukraina ke seluruh dunia sehingga ini berpotensi mengancam pasokan komoditas pangan global,

"Ini sebagai suatu bacaan kami di Bank Indonesia bahwa risiko harga komoditas itu masih akan tinggi ke depannya. Oleh karena itu, simbolnya adalah dunia sedang tidak baik-baik saja," ucapnya.

Kedua ancaman tersebut bukan hanya diwaspadai oleh BI tetapi juga oleh bank sentral lain yang juga sama-sama memitigasi ancaman global terhadap tingkat inflasi negara masing-masing.

Baca juga: BI Sebut Percuma Ekonomi Tumbuh, Kalau Inflasi Tumbuh Lebih Tinggi

Kondisi yang terjadi di global saat inilah yang membuat bank snetral-bank sentral serempak menaikkan suku bunga acuannya, termasuk BI.

Pasalnya, suku bunga acuan dapat menjadi instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi dalam negeri meskipun dapat berpotensi melambatkan pertumbuhan ekonomi.

"Apapun risiko yang dihadapi dengan konteks masalah pertumbuhan yang melambat itu adalah prioritas yang kedua. Karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi kalau itu diikuti dengan harga yang tinggi sehingga mengurangi daya beli. Oleh karena itu mandat BI untuk jaga inflasi ini," tuturnya.

Baca juga: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF, BI Ungkap Alasan Indonesia Tidak Ikutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com