Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitigasi Perubahan Iklim, Ini yang Dilakukan ID Food

Kompas.com - 31/10/2022, 18:05 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Holding Pangan ID Food mempersiapkan mitigasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pangan pada 2023.

Direktur Utama Holding Pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, momentum G20 khususnya membuat ID Food berkomitmen dalam menjaga keseimbangan hulu dan hilir pangan dalam menghadapi tantangan variabilitas dan perubahan iklim.

Termasuk persiapan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim melalui kolaborasi dengan para stakeholder untuk membahas persiapan dan langkah-langkah dalam mengantisipasi dan beradaptasi menghadapi tantangan variabilitas iklim di tahun 2023 mendatang.

Baca juga: Cara Buat CV dan Surat Lamaran Kerja Agar Mudah Diterima Kerja

“Kami akan adakan forum diskusi publik secara berkelanjutan dengan para pakar, akademisi untuk mendukung transformasi hulu hilir pangan. Konsepnya pun bergaya podcast agar milenial, pelajar dapat ikut serta belajar sektor pangan,” ujar Frans dalam siaran resminya, Senin (31/10/2022).

Sementara itu, Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB Akhmad Faqih mengatakan, sejak tahun 2020 hingga 2022 saat ini, iklim di Indonesia cenderung lebih basah dari biasanya.

“Jadi ini yang karena fenomena LaNina, salah satu yang menyebabkan kenapa kondisi kita ini di 2022 masih lebih basah dari biasanya dan sering hujan,” jelas Faqih.

Baca juga: OJK Cabut Izin Perusahaan Modal Ventura PT Insan Mulia Investama


Faqih melanjutkan, fenomena LaNina menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim yang lebih basah, dengan penerimaan curah hujan lebih tinggi dari kondisi normalnya.

Namun demikian dampak LaNina kemungkinan tidak sama di wilayah lain, seperti di benua Amerika, sebagian mereka justru mengalami kekeringan.

Jadi dengan adanya perbedaan pengaruh fenomena LaNina ini, apabila dikaitkan dengan pangan global, maka pengaruhnya juga akan berbeda.

Dampak La Nina tergantung pada keterkaitannya dengan sirkulasi udara global dan faktor lainnya yang juga mempengaruhi.

“Kejadian ‘triple-dip’ La Nina yang berkepanjangan selama tiga tahun ini tidak hanya mempengaruhi Indonesia, tetapi juga negara-negara G20 lainnya. Seperti halnya Indonesia yang mengalami peningkatan presipitasi yang lebih tinggi dari normalnya, negara Afrika Selatan, Australia, India, sebagian Kanada juga mengalami hal serupa. Sebaliknya negara-negara G20 seperti Amerika terutama di bagian selatan, Saudi Arabia, Brazil, dan Mexico justru mengalami kondisi yang lebih kering dari biasanya,” kata Faqih.

Baca juga: Sektor Energi Melesat, IHSG Ditutup Hijau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com