Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Keadilan Pekerja Saat Tren PHK dan Kehilangan Penghasilan

Kompas.com - 01/11/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MEDIA sosial sempat viral beberapa hari lalu, saat unggahan soal Waroeng Spesial Sambal yang disebut akan memotong Rp 300.000 dari gaji karyawan yang mendapatkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) (Kompas.com, 29/10/2022).

Bantuan tunai tersebut memang dipersipakan untuk ketahanan pekerja menghadapi berbagai guncangan, termasuk dalam situasi resesi, bahkan krisis.

Baca juga: Potong Gaji Karyawan Penerima BSU, Pemilik Waroeng SS: Agar Tak Timbul Ketidakrukunan

Transfer tunai pada dasarnya dapat digunakan secara fleksibel dan tidak terikat dengan status pekerjaan pada masa lalu atau saat ini.

Namun, kelayakan penerima subsidi upah biasanya dibatasi untuk mereka yang berpenghasilan rendah.

Meskipun demikian, transfer tunai dapat dicairkan hanya jika pemerintah dapat mengidentifikasi dan memverifikasi penerima yang memenuhi syarat dan memberikan pembayaran kepada mereka. Artinya, kriteria penerima bantuan sepenuhnya berada di tangan pemerintah.

Inilah kendala bagi banyak negara berkembang. Ketika pemerintah hendak memberi bantuan, selalu terkendala dengan data penerima bantuan, sehingga banyak bantuan yang tidak tepat sasaran.

Pemerintah juga akan kesulitan mengawal bantuan tersebut agar diterima bagi mereka yang benar-benar berhak menerimanya. Inilah penyebab utama program-program mulia ini menjadi tidak efektif saat dieksekusi.

Sangat disayangkan, padahal BSU menjadi salah satu bantalan program pemerintah melindungi rumah tangga dari kehilangan pendapatan atau pekerjaan di tengah kesulitan ekonomi.

Lingkup program-program ini seharusnya memperkuat ketahanan individu berkembang selama krisis besar.

Pasalnya, masyarakat akan lebih sulit bertahan dan memenuhi standar dasar hidup ketika pendapatan riil beberapa anggota rumah tangga jatuh, terlebih diancam dengan kehilangan pekerjaan.

Dalam situasi yang kurang bersahabat bagi para pekerja, seharusnya program-program seperti tunjangan pendapatan atau transfer yang ditargetkan tidak dijadikan untuk memenuhi ekspektasi profit dengan mengorbankan kepentingan orang lain.

Empati pada mereka yang rentan semestinya mengurangi beban individu dalam menghadapi kesulitan keuangan dan menderita penurunan kesejahteraan yang diprediksi berlangsung lama.

Semua pihak mesti terlibat dan saling mendukung dalam meredam dampak buruk resesi ekonomi global dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Komponen tertentu dalam anggaran pemerintah mendukung rumah tangga dan perusahaan secara otomatis menjadi stabilisator selama kejadian buruk.

Stabilisator otomatis ini, menurut desain, dimaksudkan memang tepat waktu, tepat sasaran, dan sementara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com