Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Sekitar 6 Miliar Dollar AS Cadangan Devisa RI Dialokasikan untuk Obligasi Berkelanjutan

Kompas.com - 02/11/2022, 20:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengalokasikan sekitar 5 persen dari total cadangan devisa Indonesia atau sekitar 6 miliar dollar AS dalam bentuk obligasi berkelanjutan.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, upaya BI ini sama dengan bank sentral negara lain yang tengah mencoba untuk menyelaraskan portofolio mereka ke portofolio hijau.

Hal ini merupakan salah satu komitmen BI untuk mendukung inisiatif hijau di sektor keuangan, yakni dengan mengarahkan kebijakan moneter dan makro prudensialnya ke sektor yang berkelanjutan.

Baca juga: BI Optimistis Indonesia Tidak Akan Resesi, Ini Alasannya

"Sekitar 5 persen dari portofolio kami dalam cadangan devisa kami dialokasikan untuk obligasi berkelanjutan," ujarnya saat acara Mandiri Sustainability Forum 2022, Rabu (2/11/2022).

Selain itu, pada 2020, BI juga telah mendorong pembiayaan hijau untuk bangunan hijau dan kendaraan listrik melalui kebijakan relaksasi loan to value (LTV) hingga 100 persen untuk kredit properti hijau dan uang muka (down payment/DP) 0 persen untuk kredit kendaraan listrik.

"Jadi ini adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh Bank Indonesia, bagaimana kami menerapkan kebijakan kami yang memberikan dukungan pada pembiayaan hijau atau pembiayaan berkelanjutan," ucapnya.

Kemudian pada 2022, BI juga memperkenalkan peraturan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) bagi bank umum untuk meningkatkan minat penerbitan obligasi hijau dengan memperbolehkan perbankan untuk memenuhi rasio pembiayaan dengan membeli obligasi hijau.

Baca juga: BI Perkirakan Inflasi Oktober 2022 Capai 5,8 Persen

Dia bilang, RPIM ini telah mendorong pemerintah Indonesia untuk menerbitkan sukuk hijau domestik dan obligasi berkelanjutan domestik sehingga kebijakan makroprudensial ini berdampak pada pembiayaan hijau.

"Jadi meski peraturan RPIM hijau baru diperkenalkan baru-baru ini, telah menciptakan permintaan yang signifikan untuk obligasi hijau domestik," kata Destry.

Dari sisi operasi moneter, BI juga menerima obligasi berkelanjutan sebagai jaminan bagi perbankan untuk mendapatkan likuiditas dari BI melalui operasi pasar.

"Oleh karena itu bagi bank yang telah memiliki sustainable atau green bond atau ESG bond, jika bank membutuhkan likuiditas dari BI, maka mereka dapat repo obligasinya ke bank sentral dan mereka akan mendapatkan likuiditas rupiah untuk membiayai proyek yang berkelanjutan," jelasnya.

Baca juga: BI Sebut 2 Ancaman Ini yang Membuat Dunia Tidak Baik-baik Saja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com