Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Program Food Estate di Pulang Pisau Berikan Dampak Positif bagi Kesejahteraan Petani

Kompas.com - 05/11/2022, 10:19 WIB
Dwi NH,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program food estate atau lumbung pangan baru di Kalimantan Tengah (Kalteng) dinilai memberikan imbas positif bagi kesejahteraan petani. Program ini menjadi fondasi penting bagi ketahanan pangan di Tanah Air dalam jangka panjang.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Hartoyo mengaku bahwa program food estate di wilayahnya memberikan banyak manfaat, termasuk dari sisi pendapatan.

“Intinya, (food estate) bermanfaat. Meskipun penghasilan dari sawah, namanya juga pendapatan bisa naik atau turun. Akan tetapi, jika keuntungan ini dirupiahkan, maka nilainya naik karena terbantu akses jalan kawasan food estate,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).

Hartoyo menjelaskan, peningkatan pendapatan tersebut berasal dari beberapa faktor, yaitu kenaikan produktivitas lahan sekitar 1,5 juta ton hingga 2 juta ton per hektare (ha), harga jual gabah kering giling (GKG), dan terbukanya pasar gabah basah.

Baca juga: Perjuangkan Kenaikan Harga Pokok Penjualan Gabah, Mentan SYL Diapresiasi KTNA

Ia mengungkapkan bahwa harga GKG terbaru di Pulang Pisau mengalami kenaikan menjadi Rp 6.300 per kilogram (kg). Sebelumnya, harga komonitas ini berada di kisaran Rp 5.200 hingga Rp 5.300 per kg.

Sementara untuk harga gabah basah, kata Hartoyo, sekarang menjadi Rp 5.000 per kg.

“Jadi, (sebelum ada food estate), padi basah istilahnya belum ada yang beli. Nah, mulai kemarin itu ada yang beli. Apalagi semenjak (akses) jalan ini enak. Itu petani mau jemur sendiri atau gabah dijual basah terserah petani,” imbuhnya.

Bantuan alsintan hemat waktu dan tenaga

Selain akses jalan yang membaik, menurut Hartoyo, bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah juga turut membantu petani. Sebab, bantuam ini bisa menghemat waktu dan tenaga dalam mengelola lahan persawahan.

Baca juga: Pensiunan Guru di Bima Ditemukan Tewas di Lorong Drainase Persawahan

Adapun bantuan alsintan yang diberikan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam program food estate meliputi traktor, jonder (sejenis alat bajak), dan mesin panen (combine harvester).

“Bermanfaat karena dibantu alsintan, jonder ada. Kami sebelumnya kalau menggunakan traktor untuk menggarap 2 ha bisa tiga atau empat hari. Kalau pakai jonder sehari selesai. Jonder itu untuk bajak sawah,” tutur Hartoyo.

Tak hanya alsintan, ia menjelaskan bahwa saluran air untuk irigasi dan pembuangan air yang berlebih saat musim hujan atau air pasang di lahan juga dinilai bermanfaat dalam menunjang produktivitas.

Meski demikian, Hartoyo tak menampik jika masih ada beberapa kendala minor, seperti penyumbatan di pintu air.

Untuk mengatasi hal tersebut, ia berharap, pemangku kepentingan bisa memberikan solusi teknis yang tepat.

Baca juga: Ratusan Tahun Pasang Surut Kebijakan Penanganan Banjir di Jakarta...

“Ya terendam (kalau hujan). Cuma kan di sini pasang surut. Jadi, kalau surut atau (kendali) tata air ke sungainya lancar nanti dibuka bisa kering. Ada pintunya,” ujar Hartoyo.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com