Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Capai Target Lifting Migas, SKK Migas Butuh Investasi Rp 2.400 Triliun

Kompas.com - 15/11/2022, 12:01 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memiliki target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada Tahun 2030.

Untuk mengejar target lifting migas tersebut dibutuhkan upaya kuat untuk meningkatkan iklim investasi migas di Indonesia. Salah satunya adalah investasi di hulu migas sebesar 160 miliar dollar AS yang setara dengan Rp 2.400 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar AS).

“Setidaknya perlu investasi hulu migas hingga 160 miliar dollar AS dalam kurun waktu 10 tahun mendatang hingga 2030,” kata Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman di Jakarta, Selasa (15/11/2022).

Baca juga: SKK Migas dan KKKS Sumbagsel Catat Tambahan Produksi Minyak Sebesar 6.608 BOPD

Fatar mengatakan, sebagai upaya mencapai target tersebut, SKK Migas akan menggelar konvensi “3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022).

Dia menjelaskan, Konvensi internasional ini dilakukan selama 3 hari dari 23 hingga 25 November 2022 secara hybrid melalui online dan secara offline di Bali yang dihadiri lebih dari 120 pembicara nasional dan internasional.

“Konvensi migas terbesar Indonesia tersebut akan fokus pada upaya meningkatkan iklim investasi migas dengan memperkuat kolaborasi sambil terus beradaptasi dengan transisi energi,” jelas Fatar.

Baca juga: Tarik Minat Investor, SKK Migas Kembali Gelar ICIUOG 2022

Menurutnya, peran industri migas semakin signifikan seiring komitmen Indonesia terhadap target net-zero emisi.

Dia bilang, sektor migas diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mengurangi emisi secara bersamaan selama masa transisi, sehingga pertumbuhan ekonomi negara tetap positif.

“Proses menuju net zero emission sudah mulai diterapkan oleh pelaku industri migas seperti lapangan Ubadari dan Lapangan Vorwata yang dikelola oleh BP. Potensi Indonesia masih menjanjikan bagi para investor,” ungkapnya.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Lifting Migas Terus Menurun

Isu klasik industri migas

Meski demikian, Fatar menyebut para pelaku usaha kembali menekankan beberapa isu klasik yang selama ini menjadi perhatian. Isu-isu tersebut antara lain perbaikan dalam hal fiskal, kepastian hukum, kualitas data, dan ketersediaan infrastruktur.

“Faktor-faktor tersebut secara signifikan akan meningkatkan daya tarik investasi Indonesia untuk bisnis hulu migas,” tambahnya.

Di sisi lain, perintah terus mengupayakan peningkatan investasi di bidang hulu minyak dan gas bumi. Kebijakan yang dilakukan, antara lain menawarkan terms and conditions penawaran wilayah kerja migas yang menarik bagi investor, perbaikan sistem perizinan, serta regulasi lainnya.

“Kami berharap dengan adanya Konvensi IOG 2022 ini, para pemnagku kepentingan di industri migas dapat duduk bersama dan mencari solusi untuk meningkatkan iklim investasi migas ke depan, terutama jelang Indonesia Emas 2045,” lanjut Fatar.

Baca juga: SKK Migas Klaim Sudah Punya Solusi untuk Proyek Migas yang Mangkrak

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com