Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Henry Nosih Saturwa
Analis Bank Indonesia

Analis Senior di Bank Indonesia

Resesi Global Datang, Forum G20 Digadang

Kompas.com - 17/11/2022, 05:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PANDEMI Covid-19 telah memberikan pukulan berat terhadap kinerja perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi di banyak negara turun signifikan pada triwulan kedua tahun 2020, dan baru berhasil pulih secara bertahap pada triwulan ketiga pada tahun yang sama.

Pada periode tersebut, banyak negara yang mencatatkan pertumbuhan positif meskipun belum kembali normal sebagaimana era pre Covid-19.

Banyak analis memperkirakan bahwa pemulihan global akibat pandemi diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun 2023.

Namun ironisnya, selang dua tahun perekonomian dunia mulai tumbuh dengan dorongan kebijakan akomodatif serta upaya vaksinasi global, datanglah ketegangan geopolitik berupa agresi militer Rusia terhadap Ukraina pada awal 2022.

Perang dua negara tersebut membawa konsekuensi terhadap disrupsi pasar komoditas serta perubahan peta rantai pasok pangan dan energi global.

Konflik Rusia-Ukraina telah berdampak pada berkurangnya pasokan bahan makanan dan energi di benua Amerika dan Eropa sehingga memicu naiknya inflasi.

Tren inflasi tinggi di negara maju telah direspons dengan pengetatan kebijakan moneter yang aggressive, misalnya di Amerika, Fed Funds Rate telah dinaikkan 75 basis poin sebanyak empat kali berurutan tahun 2022.

Begitu pula dengan European Central Bank yang turut menaikan suku bunga acuan dua kali sebesar 75 basis poin.

Normalisasi kebijakan moneter yang cepat di negara maju juga diikuti oleh banyak bank sentral di berbagai negara.

Perlu diwaspadai kenaikkan suku bunga acuan terus menerus perlu diimbangi dengan bauran kebijakan yang akomodatif terhadap pertumbuhan untuk mengantisipasi risiko resesi.

Berdasarkan hasil survei Bloomberg pada Oktober 2022, peluang Amerika mengalami resesi tahun depan meningkat menjadi 60 persen lebih tinggi dibandingkan bulan September yang hanya 50 persen.

Namun demikian, berdasarkan model ekonomi terbaru, Bloomberg memperkirakan perekonomian Amerika dipastikan akan mengalami resesi pada 2023.

Ancaman resesi di negara adidaya akan meningkatkan risiko turunnya kinerja ekonomi secara global.

Risiko terjadinya perlambatan ekonomi dunia telah “terbaca” oleh IMF dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7 persen lebih rendah dari 2022 yang mencapai 3,2 persen.

Momentum KTT G20

Penurunan kinerja ekonomi global akan menimbulkan scarring effect baru pascapandemi dan memberikan tantangan yang berat bagi negara miskin dan sedang berkembang untuk melakukan upaya pemulihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com