Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Merata Jadi Tantangan Indonesia

Kompas.com - 18/11/2022, 17:07 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menilai secara nasional kondisi ekonomi Indonesia memang cukup baik di tengah terpaan tekanan global.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72 persen secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal III-2022. Kemudian inflasi yang terus turun dari 5,9 persen menjadi 5,71 persen pada Oktober 2022.

Namun, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, jika ditelaah lebih lanjut kondisi ekonomi yang baik ini tidak terjadi merata di seluruh daerah. Artinya, efek dari tekanan global ini akan sangat dirasakan oleh beberapa daerah.

Baca juga: BI Sebut Terjadi Multi Krisis Global, Sektor Keuangan Diminta Waspada

"Pada saat kita bicara secara makro mungkin takarannya adalah kondisi yang baik. Pada saat kita bicara granular kepada mikro, mungkin itu adalah tantangan yang harus kita hadapi," ujarnya saat acara Flagship Event Diseminasi Laporan Nusantara serta Launching Buku Kajian Manufaktur dan Pariwisata, Jumat (18/11/2022).

Dia bilang, dampak dari tekanan global ini tentu akan tetap dirasakan pada daerah-daerah yang bukan pengekspor sumber daya alam serta daerah yang bukan kawasan industri dan sektor jasa.

Selain itu, menurutnya, beberapa daerah saat ini masih dalam tahap awal pemulihan sehingga masih belum dapat dikatakan telah kembali ke kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Hal inilah yang membuat realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa daerah menjadi melambat saat tekanan global terjadi beberapa waktu belakangan, meski daerah-daerah lainnya justru mendapat keuntungan dari kondisi global saat ini.

Baca juga: ASDP Siapkan 61 Kapal untuk Angkut 3,45 Juta Penumpang Saat Libur Akhir Tahun


"Secara spasial mungkin 1 atau 2 daerah wilayah tertentu mungkin punya dampak yang sangat terasa dibandingkan daerah lain," kata dia.

Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi daerah ini menjadi dasar bagi BI dalam merumuskan kebijakan makroprudensial. Untuk itu, BI perlu melihat kondisi ekonomi tidak hanya secara nasional tetapi juga secara spasial.

Termasuk juga ketika BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2022 sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen.

Keputusan kenaikan suku bunga acuan ini, kata dia, menjadi pilihan terakhir BI dalam menentukan kebijakan yang harus diambil. Sebab, menjaga stabilitas harus beriringan dengan pertumbuhan ekonomi.

"Momentum pemulihan khususnya di daerah ini menjadi dasar kita untuk kita melihat bahwa suku bunga merupakan salah satu dari sekian kebijakan dalam amunisi kebijakan kita," tuturnya.

Baca juga: BI Turunkan Proyeksi Inflasi 2022 Jadi 5,6 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com