JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III-2022 mengalami defisit 1,3 miliar dollar AS. Hal ini berbeda dengan kuartal sebelumnya yang mengalami surplus 2,4 miliar dollar AS.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, meski tercatat defisit namun kinerja NPI pada kuartal III-2022 tetap kuat menopang ketahanan eksternal.
Pasalnya, pada periode yang sama kinerja transaksi berjalan mencatat surplus 4,4 miliar dollar AS atau 1,3 persen dari PDB. Bahkan lebih tinggi dari surplus kuartal sebelumnya sebesar 4,0 miliar dolar AS atau 1,2 persen dari PDB.
Baca juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Merata Jadi Tantangan Indonesia
"Transaksi berjalan pada kuartal III-2022 terus menunjukkan kinerja yang solid ditandai dengan peningkatan surplus sehingga dapat menahan tekanan terhadap NPI akibat tekanan pada transaksi modal dan finansial sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/11/2022).
Dia melanjutkan, membaiknya kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan tetap kuatnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang dan harga komoditas global yang masih tinggi, serta berkurangnya defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan penurunan harga minyak dunia.
Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer terpantau sedikit lebih rendah seiring dengan penurunan pembayaran imbal hasil investasi langsung. Di sisi lain, defisit neraca jasa tercatat lebih tinggi sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.
"Surplus neraca pendapatan sekunder juga sedikit turun sehingga menahan peningkatan surplus transaksi berjalan lebih lanjut," kata dia.
Baca juga: BI Sebut Terjadi Multi Krisis Global, Sektor Keuangan Diminta Waspada
Selain itu, kinerja transaksi modal dan finansial mencatat defisit sebesar 6,1 miliar dollar AS atau 1,8 persen dari PDB. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan defisit 1,2 miliar dollar AS 0,3 persen dari PDB pada Kuartal II 2022.
Defisit kinerja transaksi modal dan finansial terjadi karena aliran keluar neto investasi portofolio meningkat akibat ketidakpastian di pasar keuangan global yang semakin tinggi dan kebutuhan pembayaran surat utang swasta yang jatuh tempo.
Transaksi investasi lainnya juga mencatat kenaikan defisit disebabkan oleh peningkatan aset swasta, terutama yang terkait dengan operasional kegiatan usaha.
"Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan yang didukung koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," tuturnya.
Baca juga: BI Perkirakan Inflasi November 2022 Turun Jadi 5,5 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.