KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Healing dan Growing

Kompas.com - 19/11/2022, 08:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KATA healing belakangan menjadi begitu populer, terutama pada kalangan anak muda. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, apalagi berbarengan dengan tuntutan perubahan yang dipicu oleh kemajuan teknologi membuat banyak orang merasakan tekanan dalam pekerjaan yang begitu tinggi sehingga butuh time out untuk menyegarkan dirinya kembali.

Banyak generasi muda sekarang yang merasa bahwa bekerja terlalu keras adalah sebuah konsep yang harus diwaspadai karena dapat membebani kesehatan mentalnya. Padahal, generasi orangtua kita justru meyakini bahwa kesuksesan hanya bisa didapatkan melalui kerja keras.

Menurut studi seorang ahli psikologi, bekerja keras yang dapat mengganggu kesehatan mental adalah melakukan pekerjaan yang membuat diri kita kehabisan waktu sehingga tidak sempat mengurus diri sendiri.

Baca juga: Pahami Karyawan Anda

Di sisi lain, kita tahu bahwa persaingan masa kini semakin ketat. Sebab, banyak inovasi bermunculan. Belum lagi, urusan bajak-membajak antarkompetitor.

Akibatnya, banyak yang mengingatkan diri sendiri agar jangan sampai lengah sekejap pun, berkutat mati-matian untuk melakukan servis terbaik pada pelanggannya, di samping juga berusaha keras menjaga agar produk-produknya tetap inovatif dan kompetitif.

Kita bisa melihat bagaimana perusahaan-perusahaan startup berkejaran dengan waktu dan tren. Karyawannya seakan bekerja tidak kenal waktu. Di sinilah, kita mengenal istilah burnout, yakni rasa kelelahan ekstrem yang membuat passion bekerja pun lenyap.

Baca juga: Mengambil Keputusan Bermutu

Kondisi itu bisa membuat pekerjaan yang dulunya kita lakukan dengan penuh semangat, tiba-tiba kehilangan daya tariknya. Kita merasa tidak lagi memiliki energi yang selama ini menjadi motor penggerak kita.

Healing juga bagian dari pekerjaan

Pertama, kita perlu mengubah konsep bahwa healing itu seolah-olah harus dilakukan dengan menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan.

Banyak hal yang dapat kita lakukan di sela-sela pekerjaan untuk membuat diri merasa segar kembali.

Misalnya, kita bisa membuat janji dan bertemu dengan teman lama sambil makan siang bersama. Bincang-bincang santai dan tawa ringan yang kita dapatkan selama jam makan siang itu dapat membuat diri kita merasa rileks dan segar kembali ketika balik ke kantor.

Baca juga: Sambung Rasa

Saat melakukan perjalanan dinas, kita juga dapat berhenti sejenak di tempat-tempat yang indah untuk menikmati pemandangan dan makanan khas daerah setempat sebelum kita berfokus kembali kepada tugas yang harus dilakukan.

Dalam rutinitas harian pun, hal yang sama bisa dilakukan. Misalnya, dengan bangun lebih pagi dan menggunakan waktu untuk berolahraga jalan kaki, bersepeda, ataupun yoga santai di rumah, sebelum kembali melakoni pekerjaan.

Kegiatan-kegiatan itu merupakan semacam jalan tengah antara menyelesaikan kepentingan pekerjaan dan tetap dapat mengurus diri sendiri. Apa pun aktivitasnya, yang penting kegiatan healing ini memang harus membawa kesenangan bagi diri kita.

Baca juga: Menghadapi Krisis Berkepanjangan

Banyak orang menyalahkan sempitnya waktu yang dimiliki sehingga tidak sempat melakukan kegiatan-kegiatan healing sederhana seperti itu sekali pun. Memang lebih mudah untuk menyalahkan pekerjaan daripada keterampilan kita melakukan time management, menyusun prioritas kerja yang tepat, dan meningkatkan keterampilan dalam menggunakan alat-alat pendukung yang dapat membuat pekerjaan kita lebih efisien.

Kita pun bisa membereskan clutter-clutter dalam pekerjaan yang menghalangi kita untuk melihat hal-hal penting yang seharusnya menjadi fokus dalam bekerja.

Baca juga: Berhenti Tenang

Berapa banyak sebenarnya waktu yang kita habiskan dalam pekerjaan untuk bergosip, berselancar di media sosial secara obsesif? Waktu berlalu, energi pun banyak yang terkuras.

Merancang kegiatan healing bagi yang tidak terbiasa, bisa terasa memakan energi yang cukup besar. Sebab, mereka perlu memahami dirinya sendiri lebih dulu untuk mencari tahu apa yang membuat dirinya relaks, apa yang membuatnya tertekan, dan bagaimana mereka dapat masuk dalam situasi yang membuat hati gembira? Bukankah ini juga merupakan bagian dalam pekerjaan kita?

Sebagaimana kita biasa mempelajari cara kerja mesin produksi, berusahalah untuk memahami hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk memastikan agar mesin tersebut dapat berproduksi secara optimal.

Baca juga: Krisis Pertemanan dalam Bekerja

Proses maintenance tersebut memang tidak menghasilkan uang, bahkan mungkin membutuhkan pengeluaran ekstra.

Namun, kita menyadari bilamana pemeliharaan aset organisasi seperti itu tidak dilakukan, biaya tak terduga yang mungkin keluar bisa jadi lebih tinggi. Bahkan, tidak hanya dari segi uang, tetapi juga waktu, kesempatan, atau reputasi.

Sehat dan bertumbuh

Dalam kondisi sehat mental, kita bisa memberi perhatian pada orang lain dan berfokus pada pekerjaan. Kita menjadi lebih produktif dan dapat menyebarkan semangat optimisme kepada sekeliling kita.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman
Sebaliknya, bila merasa terpuruk, kita tidak memiliki energi untuk merasakan kegembiraan di dalam diri. Jadi, merancang healing akan sangat bermanfaat untuk diri kita dan tim.

Baca juga: Kekuatan “Alignment”

Berada dalam kondisi healed dengan sense of hope dan sense of well being membuat diri kita seolah menjadi pabrik energi yang tidak pernah usang dan lelah. Healing adalah jalan yang dapat membuat kita bersenang-senang sambil bekerja, bahkan melihat pekerjaan sebagai sesuatu hal yang menyenangkan.

Namun, kita tidak bisa berhenti sampai di sini saja. Bila sudah merasa senang dan sehat mental, kita masih memiliki tugas lain, yaitu growing atau bertumbuh.

Baca juga: Reputasi

Manusia bagaikan benih yang mempunyai potensi besar untuk tumbuh. Manusia yang sehat akan menyadari bahwa tanggung jawab untuk bertumbuh ada di tangannya sendiri.

Baca juga: Mengutamakan Manusia

Banyak yang berharap agar atasan dan organisasilah yang merancang agenda pertumbuhannya sehingga pada akhirnya, mereka sering kehilangan arah berkembang dan tidak mempunyai energi untuk menumbuhkan diri.

Padahal, potensi untuk tumbuh selalu ada selama kita masih hidup. Jangan menjadi orang yang melewatkan banyak kesempatan bertumbuh di depan mata dengan berbagai alasan, seperti anggota keluarga yang sedang sakit ataupun nasib yang kurang beruntung.

Sebab, sikap seperti itu cenderung menarik diri kita ke belakang dan menghambat hasrat untuk bertumbuh.

Pada dasarnya, healing dan growing adalah tanggung jawab kita sebagai manusia dewasa.

 


Terkini Lainnya

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com