Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Rupiah Masih Terpapar Sentimen Demonstrasi di China

Kompas.com - 29/11/2022, 10:42 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi Selasa (29/11/2022) pagi hari melemah. Mata uang Garuda masih tertekan sentimen demonstrasi yang memprotes kebijakan lockdown di sejumlah kota besar di China.

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.725 per dollar AS, terdepresiasi dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.722 per dollar AS.

Pelemahan itu terus berlanjut, di mana pada pukul 10.00 WIB nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun 16 poin atau 0,10 persen ke Rp 15.738 per dollar AS.

Depresiasi nilai tukar rupiah selaras dengan menguatnya indeks dollar AS. Data Investing menunjukkan, greenback menguat dan saat ini bergerak pada kisaran 106,42.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Lagi-lagi Ditutup Menguat

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, demonstrasi besar yang terjadi di Negeri Tirai Bambu masih menekan pergerakan nilai tukar rupiah. Pasalnya, aksi demonstrasi itu berpotensi mengganggu perekonomian China.

"Dan berdampak negatif ke perekonomian negara lain yang terkait erat dengan perekonomian China," ujar dia kepada Kompas.com, Selasa.

Selain itu, Ariston bilang, saat ini permintaan terhadap dollar AS sedang tinggi. Ini sesuai siklus menjelang akhir tahun untuk kegiatan korporasi seperti pembayaran utang.

"Permintaan yang tinggi sementara suplai tidak bertambah bisa mendorong penguatan dollar AS," katanya.

Baca juga: Dollar AS Terus Menguat, BI: Kami Mati-matian Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

 


Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dollar AS diperdagangkan lebih kuat terhadap mayoritas mata uang global karena komentar hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Salah satu pejabat Fed, John Williams, menyatakan, bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, mempertahankan suku bunga pada tahun 2023, dan memangkasnya pada tahun 2024.

"Pejabat Fed lainnya, James Bullard berkomentar bahwa pasar meremehkan laju kenaikan suku bunga dari Fed. Pernyataan mereka mendorong ekspektasi bahwa Fed dapat mempertahankan laju kenaikan suku bunga pada bulan Desember," ucap Josua.

Baca juga: Imbas Lonjakan Kasus Covid di China, Nilai Tukar Rupiah Kembali Tembus Rp 15.700 per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com