Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Indikasikan Perlambatan Kenaikan Suku Bunga, Rupiah Menguat

Kompas.com - 01/12/2022, 10:39 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi Kamis (30/11/2022) pagi hari menguat signifikan. Rencana bank sentral sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan menjadi vitamin bagi rupiah.

Mengacu kepada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.608 per dollar AS, terapreisasi signifikan dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.732 per dollar AS.

Pukul 10.15 WIB, rupiah berada pada posisi Rp 15.636 per dollar AS, menguat 96 poin atau 0,61 persen.

Baca juga: Cerita Mereka yang Raup Jutaan Rupiah lewat Bagi-bagi Link

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan adanya penurunan terhadap besaran kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan bank sentral mendatang.

"Untuk penguatan hari ini ada 1 sentimen yang sangat berpengaruh yaitu pernyataan Jerome Powell dinihari tadi mengenai kebijakan suku bunga acuan AS ke depan," kata dia, kepada Kompas.com, Kamis (1/12/2022).

Lebih lanjut Ia bilang, pasar juga menangkap sinyal bahwa kenaikan suku bunga The Fed tidak akan seagresif sebelumnya untuk tahun depan. Pelaku pasar merespons ini dengan masuk ke aset berisiko untuk memanfaatkan peluang.

Peralihan menuju aset berisiko terefleksikan dari indeks dollar AS yang tertekan. Mengacu data Investing, greenback tengah tertekan pada kisaran 105,63.

Mata uang Asia lain juga terpantau menguat signifikan terhadap dollar AS, mulai dari yen Jepang, dollar Hong Kong, dollar Singapura, won Korea Selatan, peso Filipina, rupee India, yuan China, ringgit Malaysia, hingga baht Thailand.

Meskipun nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap dollar AS, Ariston menyebutkan, pasar masih mewaspadai sentimen kebutuhan dollar AS. Sebab, menjelang akhir tahun kebutuhan dollar AS menjadi lebih tinggi.

"Pasar masih mewaspadai kebutuhan dollar dalam negeri yang biasanya tinggi di akhir tahun untuk keperluan korporasi yang bisa memberikan tekanan ke rupiah," ucapnya.

Baca juga: Terbitkan Buku Putih Rupiah Digital, Gubernur BI: Kami Namakan Proyek Garuda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com