Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelemahan Rupiah Pengaruhi Kenaikan Harga Tahu dan Tempe

Kompas.com - 02/12/2022, 12:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah bisa mempengaruhi pergerakan harga pangan, salah satunya tahu dan tempe.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Pusat Setianto mengatakan, produk pangan yang terpengaruh pergerakan nilai tukar rupiah ialah produk yang bahan bakunya menggunakan komoditas impor. Pasalnya, fluktuasi nilai tukar rupiah mempengaruhi besaran biaya bahan baku.

Artinya, jika rupiah melemah terhadap dollar AS maka komoditas impor akan mengalami kenaikan harga sedangkan jika rupiah menguat maka harga komoditas impor menjadi turun.

"Komoditas yang masih bergantung pada pasokan impor barang kali ya yang tentunya akan terpengaruh dari fluktuasi harga rupiah kita, nilai kurs kita," ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (1/12/2022).

Baca juga: Stok Kedelai Langka, Harga Tahu Tempe Melejit

Namun belakangan ini, nilai tukar Garuda cenderung melemah terhadap dollar AS. Hal ini disebabkan kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) secara agresif sepanjang tahun 2022 sehingga memperkuat nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain.

Data Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen secara year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.

Depresiasi rupiah itu menyebabkan berbagai produk pangan yang berbahan baku impor mengalami kenaikan harga. Misalnya seperti tahu dan tempe yang masih bergantung pada impor kedelai.

Baca juga: BPS Ungkap Harga Beras, Tahu, Tempe, Telur Ayam Ras Masih Naik per November 2022

 


Terlebih, stok kedelai di dalam negeri semakin menipis sedangkan realisasi impor kedelai melambat sehingga produsen tahu dan tempe dalam negeri lebih bergantung pada kedelai impor.

Berdasarkan data portal Chicago Board of Trade, kenaikan harga kedelai impor sudah terjadi sejak September 2022. Kondisi tersebut pun tercermin pada data produk pangan turunan kedelai di Indonesia.

Baca juga: Petakan Masalah Pangan di RI, BPS Akan Lakukan Sensus Pertanian pada 2023

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com