Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Satu hal yang tidak boleh dilakukan untuk menjadi investor adalah ikut-ikutan. Meskipun, sebenarnya ikut-ikutan ini seperti sudah menjadi gaya hidup. Apabila ada lagu, gaya rambut, atau pakaian yang sedang menjadi tren, cepat-cepat masyarakat akan mengikutinya.
Sayangnya, kebiasaan serupa juga kerap terjadi di Indonesia. Padahal, OJK telah mengimbau masyarakat agar hati-hati dalam berinvestasi. Jangan asal melakukan investasi tanpa memiliki pengetahuannya.
Kali ini, dalam siniar CUAN bertajuk “Baby Step Jadi Investor Saham” dengan tautan akses dik.si/CUANStepInvest Aditya Putra Dinata dan Djumiyati Partawidjaja, Certified Financial Planner & Jurnalis Kontan, berdiskusi tentang bagaimana caranya menjadi investor saham.
Nyatanya, kondisi setiap orang berbeda-beda, bukan saja perihal keuangannya, melainkan ketahanan psikologis dan pengetahuannya juga. Bisa saja, teman yang menginvestasikan uangnya sudah mempunyai cukup dana darurat, pengetahuan yang luas, dan fondasi keuangan yang bagus.
Dengan begitu, dirinya mampu bila kerugian investasi terjadi dan tidaklah panik, lalu mengambil keputusan yang tidak tepat.
Lantas, bagaimana caranya menjadi investor bukan karena ikut-ikutan?
Tidak sedikit yang telah paham ilmunya, tetapi tetap mengalami kerugian. Untuk itu, jangan sampai kita menjadi investor minim ilmu dan mengambil keputusan berdasarkan orang lain.
Baca juga: Lika-Liku Kehidupan Anak Kos
Itulah mengapa, sebagai investor sudah sewajibnya mempunya kemampuan menganalisis agar tidak mudah ikut-ikutan arus yang bisa jadi tidak cocok dengan tujuan investasi kita.
Jangan sampai hanya karena instrumen investasi A sedang naik atau turun secara tiba-tiba ikut terjun ke sana tanpa mengetahui bagaimana keadaannya.
Lebih dari itu, seorang investor tidak boleh merasakan fear of missing out (FOMO) dalam melakukan investasi karena investasi tidak berdasarkan isu atau kepopuleran suatu rumor keuangan semata.
Investasi juga tidak bisa dilakukan atas artis yang menggembor-gemborkan suatu instrumen investasi.
Sebab pada akhirnya yang akan menanggung kerugian atau keuntungan dari investasi adalah diri sendiri.
Investasi bermula dari tujuan. Tujuan ini akan menetapkan bagaimana strategi dan jangka waktu investasi. Kemudian, identifikasi bagaimana kepribadian kita dalam sehari-hari.
Apabila kita tidak kuat mengalami tekanan, jangan mengambil instrumen investasi yang memiliki resiko tinggi, meskipun potensi untungnya juga besar.