Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibayangi Kekhawatiran Ekonomi Global, Harga Minyak Dunia Anjlok 4 Persen di Bawah 80 Dollar AS Per Barrel

Kompas.com - 07/12/2022, 07:43 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (6/12/2022) waktu setempat, atau Rabu pagi (7/12/2022) waktu Indonesia (WIB). Pergerakan harga minyak dibayangi oleh kekhawatiran resesi dan permintaan global.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent berjangka ambles 4 persen menjadi 79,35 dollar AS per barrel atau terendah sejak Januarai 2022. Kemudian, harga West Texas Intermediate (WTI) turun 3,48 persen menjadi 74,2 dollar AS per barrel.

Harga minyak global turun di bawah 80 dollar AS per barrel memperpanjang tren penurunan karena meningkatnya kekhawatiran tentang permintaan global yang mengimbangi efek bullish dari pembatasan harga yang diterapkan oleh Uni Eropa pada penjualan minyak Rusia.

“Di pasar ini, sentimennya lebih negatif. Kita bisa melihat WTI berada di level 60 dollar AS per barrel seperti yang terjadi. Saya pikir 80 dollar AS per barrel akan menjadi harga tertinggi baru, dan saya akan sangat terkejut melihat harga yang lebih tinggi dari itu,” kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Baca juga: Anjlok 3 Persen, Harga Minyak Dunia Makin Jauhi Level 90 Dollar AS

Dia mengatakan, aktivitas sektor jasa di China mencapai titik terendah dalam enam bulan, dan ekonomi Eropa melambat karena tingginya biaya energi dan kenaikan suku bunga. Jika penurunan saat ini bertahan, Tesfaye menilai minyak mentah Brent akan membukukan penurunan satu hari terbesar sejak akhir September.

Baik Brent dan WTI berjangka pada hari Senin mencatat mengalami penurunan secara harian terbesar dalam dua minggu setelah data industri jasa AS menunjukkan ekonomi AS yang kuat dan mendorong ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Indeks dollar AS mengalami pelemahan pada hari Selasa, tetapi masih didukung oleh dsuku bunga yang lebih tinggi, dan hal ini menyusul reli terbesar dalam dua minggu pada perdagangan Senin. Sementara itu, greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dibeli dengan dollar AS akan lebih bagi pemegang mata uang lain.

Di China, terdapat banyak kota yang mulai melonggarkan pembatasan terkait Covid-19. Hal ini mendorong ekspektasi peningkatan permintaan di importir minyak utama dunia, meskipun itu belum cukup untuk mendorong masa depan.

Baca juga: Didukung Prospek Pertumbuhan Ekonomi China, Harga Minyak Dunia Bervariasi

 


Dalam laporan mingguan American Petroleum Institute yang akan dirilis pada hari Selasa, stok minyak mentah AS diperkirakan turun pada pekan lalu.

"Pasar minyak kemungkinan akan tetap bergejolak dalam waktu dekat, didorong oleh berita utama Covid-19 di China dan kebijakan bank sentral di AS dan Eropa," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Pasar juga menimbang dampak produksi dari batas harga 60 dollar AS per barrel pada minyak mentah Rusia yang diberlakukan oleh negara-negara Kelompok Tujuh (G7), Uni Eropa dan Australia.

“Sejauh ini ada dampak pada aliran Rusia, seperti ekspor dan produksi lintas laut Rusia tidak menurun. Seiring dengan kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut - minyak mentah semakin tersapu oleh risiko pasar yang lebih luas," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

Di sisi lain, Rusia mengatakan tidak akan menjual minyak kepada siapa pun yang menandatangani batas harga. Produksi kondensat minyak dan gas Rusia Januari-November naik 2,2 persen dari tahun lalu menjadi 488 juta ton. Wakil Perdana Menteri Alexander Novak menilai akan ada sedikit penurunan produksi menyusul sanksi terbaru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com