Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Dinilai Berpeluang Salip China Jadi Mitra Dagang Utama Indonesia

Kompas.com - 11/12/2022, 14:03 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai India berpeluang menyalip China untuk menjadi mitra dagang utama Indonesia.

Peneliti CIPS Hasran mengatakan, selama ini baik China maupun India merupakan tujuan ekspor utama Indonesia untuk komoditas bahan bakar mineral, seperti batu bara, minyak nabati seperti CPO dan turunannya, serta produk besi dan baja.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman, apabila ekspor ke China melambat, maka pangsa pasar bisa dialihkan ke India dan sebaliknya.

Baca juga: Di KTT G20 Bali, Indonesia dan India Perkuat Kerja Sama Perdagangan

"Terdapat perbedaan tren ekspor non migas Indonesia ke kedua negara. Ekspor non-migas Indonesia ke China selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sedangkan ekspor ke India mengalami penurunan tiap tahunnya kecuali tahun 2021," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/12/2022).

Dia menjelaskan, terdapat beberapa hal yang berpotensi membuat ekspor Indonesia ke India meningkat, yakni laju pertumbuhan penduduk India yang cepat kemungkinan besar akan meningkatkan industrialisasi sebagai sektor penyerap tenaga kerja selain jasa.

Apabila industrialisasi tumbuh secara masif di India, maka akan terjadi peningkatan pada permintaan batu bara sebagai sumber energi. Di sisi lain, China akan beralih ke energi terbarukan sehingga ekspor batu bara akan berkurang ke China.

Baca juga: Balas Kekalahan di WTO, Jokowi Berencana Naikkan Pajak Ekspor Nikel


Selain itu, seiring dengan pertumbuhan pada sektor industri, keterlibatan dalam global value chain (GVC) juga akan semakin besar. Ini akan menambah peluang Indonesia meningkatkan ekspor ke India untuk bahan baku industri, seperti besi, baja, biji aluminium dan juga nikel.

Selain itu, meningkatnya konsumsi dalam negeri di India akan mendorong adanya peningkatan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk industri makanan dan minuman. Dalam hal ini, Indonesia dapat meningkatkan ekspor CPO atau crude palm oil sebagai bahan baku utama industri makanan minuman di India.

Hasran bilang, saat ini perekonomian India ditopang kuat oleh sektor jasa, terutama teknologi digital. Tumbuhnya perekonomian mengharuskan keterlibatan yang lebih tinggi dalam GVC, terutama pada sektor manufaktur berteknologi tinggi.

Baca juga: Kemendag Pastikan Kebijakan Rasio Hak Ekspor CPO Tidak Berubah

Namun, ada beberapa komoditas ekspor Indonesia yang hanya unggul di India, seperti alkohol, fenol, fenol-alkohol, dan halogenasi seperti karet alam serta pupuk.

Sedangkan produk ekspor Indonesia yang hanya unggul di China termasuk di dalamnya briket, lignit, gambut dan biji aluminium, semen, gas alam dan produk kertas.

Meski demikian, lanjutnya, China masih akan menjadi mitra dagang utama Indonesia, walaupun mereka sedang mengalami pemerlambatan ekonomi.

Perlambatan ekonomi China hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Setelah Pemerintah China melonggarkan kebijakan Covid-19, maka perekonomiannya akan kembali pulih.

Baca juga: Indonesia Ekspor 25 Ton Tuna Loin Senilai Rp 5 Miliar ke Thailand

Penyebab selanjutnya adalah perdagangan Indonesia dan China akan semakin intens dengan adanya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Blok perdagangan ini memungkinkan negara anggotanya, termasuk Indonesia dan China, untuk melakukan perdagangan barang, jasa, dan investasi dengan tarif yang rendah dan prosedur perdagangan yang sederhana.

"Diversifikasi merupakan langkah yang baik untuk meminimalkan dampak kondisi ekonomi negara lain terhadap Indonesia," kata dia.

Baca juga: Peluang Ekspor ke Chile Makin Terbuka Lebar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com