KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Motivasi Diri

Kompas.com - 17/12/2022, 08:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA produktivitas menurun, organisasi kerap mencari seminar-seminar motivasi yang penuh semangat menggebu-gebu untuk dapat memberikan inspirasi kepada para anggotanya. Dengan begitu, motivasi mereka untuk berproduksi diharapkan dapat meningkatkan.

Usai mendengarkan ceramah pada seminar motivasi, para peserta biasanya pulang dengan lebih bersemangat. Perasaan ini bahkan dapat bertahan selama beberapa hari ke depan. Selain itu, tak sedikit dari mereka masih mengingat beberapa quotes ataupun anekdot-anekdot lucu yang disampaikan si pembicara.

Namun, apakah performa kerja mereka berubah setelah sesi yang bergelora tersebut? Adakah dampak yang timbul secara signifikan bagi organisasi? Sejauh mana kita bisa berharap terjadi peningkatan motivasi pada karyawan setelah mereka mendapatkan nasihat-nasihat? Apa yang sebenarnya bisa membuat seseorang bangkit dari tempat tidurnya dan bersemangat pergi bekerja, bahkan tetap menggebu-gebu meskipun harus bergadang dalam menyelesaikan proyek?

Banyak individu sering terbenam dalam rutinitas dan merasa diburu waktu. Individu-individu yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, misalnya. Mulai dari bangun pagi, mereka langsung disibukkan dengan persiapan sekolah anak. Tak jarang, hal ini dikerjakan sembari mempersiapkan rapat kantor, baik yang terjadwal maupun yang tiba-tiba harus dihadiri dengan segera.

Saat di kantor, jam kerja pun dihabiskan dari satu rapat ke rapat lain atau dari satu proyek ke proyek berikutnya. Ketika hari berakhir, badan otomatis kelelahan, otak pun tidak mampu lagi untuk memikirkan strategi, apalagi memikirkan inovasi-inovasi.

Dalam rutinitas seperti itu, individu akhirnya merasa sulit mengkaji apa yang membuatnya bersemangat dan apa yang membuatnya seperti mati rasa dalam melakukan pekerjaan. Ia tidak lagi memiliki bayangan tentang sasaran yang ingin dicapai seperti saat awal-awal bekerja, serta memikirkan cita-cita yang pernah dicanangkannya.

Kita semua sering melihat para pelari jarak jauh yang sudah hampir menyerah karena kelelahan kembali bersemangat, bahkan berlari semakin cepat saat melihat bendera finis melambai-lambai di kejauhan. Ini berarti, sasaran yang jelas dapat memberi tenaga tambahan bagi seseorang, bahkan saat kelelahan sekalipun.

Motivasi dan sasaran seperti dua sisi dari sekeping koin. Dua-duanya saling memengaruhi. Apa pun sasaran, jabatan, atau prestasi Anda, baik itu mengembangkan keterampilan baru maupun menulis buku, semuanya membutuhkan disiplin dan motivasi untuk mencapainya. Jadi, apakah motivasi itu?

Motivasi bisa digambarkan sebagai suatu tenaga yang mendorong kita untuk meraih sesuatu. Dorongan inilah yang memberikan kita tenaga untuk terus maju dan tidak berhenti sampai kita mencapai sasaran tersebut.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada dua tipe motivasi. Tipe pertama adalah ekstrinsik. Ini adalah motivasi yang berhubungan dengan hal-hal di luar diri yang mendorong kita mencapai sasaran. Contohnya, gaji, bonus, beasiswa ke luar negeri, atau hadiah liburan.

Tipe kedua adalah motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri sendiri. Sering kali, motivasi pribadi ini tumbuh sejak masa muda dan merupakan obsesi seorang individu. Bila ambisi pribadi ini terkontrol dan diarahkan pada hal-hal yang tepat, tentunya akan menjadi dorongan yang positif.

Kedua jenis motivasi tersebut dapat membantu kita mencapai cita-cita. Meski begitu, motivasi eksternal lebih bersifat jangka pendek, sedangkan yang internal biasanya memberikan manfaat lebih jauh ke masa depan.

Bagi yang ingin membangun bisnisnya sendiri, ada baiknya pastikan motivasi internal yang melatarbelakangi hal tersebut sudah dimiliki. Dengan begitu, kita punya kekuatan untuk terus berkembang dan maju dalam situasi yang sangat sulit.

Faktor-faktor motivasi eksternal, seperti memenuhi kebutuhan hidup, keharusan melanjutkan bisnis, menggaji karyawan juga perlu dimiliki. Ini memacu kita untuk berjuang. Namun, dalam kesulitan berkepanjangan, biasanya kekuatan motivasi internal lah yang dapat mengangkat kita kembali dari keterpurukan.

Terampil menetapkan sasaran

Motivasi yang naik turun bisa menyebabkan disengagement, kelelahan, serta stres. Akibatnya, kita dengan mudah terjerat pada pusaran negatif, bahkan sampai kehilangan sense of purpose. Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu, kita perlu berlatih cara mempertahankan motivasi diri agar dapat memperbarui sense of purpose dan menemukan versi sukses yang berbeda.

Banyak individu yang tidak terbiasa menetapkan sasaran. Namun, ada pula individu yang selalu menetapkan sasaran untuk setiap hal kecil sekalipun. Contoh, usia berapa ia akan meraih gelar magisternya? Atau, perusahaan seperti apa yang akan menjadi tempatnya bekerja nanti?

Sasaran tersebut akan merangsang individu untuk memfokuskan upayanya dalam mencari keterangan yang lebih terperinci agar ia sukses mencapai sasaran. Kuncinya adalah penetapan sasaran dengan cermat.

Untuk itu, sasaran haruslah specific, measurable, attainable, relevant, dan timebound atau SMART. Dengan begitu, individu memiliki kejelasan atas segala target yang hendak dicapai, tindakan yang akan diambil, serta bagaimana dan kapan keberhasilannya bisa diukur.

Semakin cocok sasaran tersebut dengan nilai pribadi, semakin besar energi yang didapat individu untuk berusaha mencapainya. Kejelasan tersebut dapat membantu kita mendeteksi seberapa besar peluang untuk mencapai sasaran tersebut dan mungkin juga memperbarui sasaran bila perlu tanpa harus kehilangan motivasi.

Sasaran harus realistis disesuaikan dengan kemampuan kita karena kegagalan menimbulkan kekecewaan. Akan tetapi, sasaran yang terlalu mudah pun berisiko kurang mendongkrak rasa bangga ketika tercapai. Sampai titik tertentu, tidak ada salahnya juga kita memberi reward kepada diri sendiri.

Jaga state of mind

Dalam keadaan terhambat, cara kita bersikap akan menjadi kunci. Kita perlu meyakini kekuatan resilience, yaitu cara bangkit kembali setelah jatuh. Rasa tidak percaya pada kemampuan diri dan kebiasaan melakukan negative self talk akan melemahkan energi dan mental kita.

Faktor-faktor eksternal, seperti kepemimpinan yang buruk, beban kerja yang tidak realistis, minimnya penghargaan, politik kantor, serta konflik yang tidak terselesaikan juga dapat menumbuhkan rasa tidak nyaman dan membuat kita patah semangat.

Namun, dengan menganalisis kembali sasaran sebenarnya yang ingin dicapai dan mengapa hal itu penting, dapat mendorong kita untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi hambatan-hambatan eksternal tersebut.

Bila yakin segala hal telah diupayakan, tidak ada salahnya kita juga berani untuk memilih lingkungan kerja yang lebih suportif dan mendukung kita dalam mencapai cita-cita.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com