Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Dapat Penghargaan Swasembada Beras, Indonesia Akhirnya Harus Kembali Impor...

Kompas.com - 17/12/2022, 09:09 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia resmi mengimpor beras dari beberapa negara, mulai Vietnam, Thailand, Myanmar, hingga Pakistan. Padahal, empat bulan lalu, Indonesia dianggap sebagai negara yang berhasil melakukan swasembada beras.

Atas keberhasilan tersebut, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) pun memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia karena dianggap swasembada beras.

Tercatat selama tiga tahun berturut-turut, sejak 2019 hingga 2021, Indonesia disebut bisa konsisten memproduksi beras sebanyak 31,3 juta ton per bulannya.

Baca juga: Mentan: Penghargaan Swasembada Beras dari IRRI Jadi Kado HUT Ke-77 RI

Namun, tiba-tiba muncul rencana importasi beras setelah Bulog menyebut bahwa stok beras untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menipis. Penyebabnya menipisnya stok disebut-sebut karena harga beras yang berangsur naik sehingga Perum Bulog mau tak mau harus mengendalikan harga dengan membuat operasi pasar memakai stok CBP tersebut.

Sempat terjadi drama silang data beras antara Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) di satu sisi, sementara Kementerian Pertanian (Kementan) di sisi lain yang menyatakan beras melimpah.

Simak rentetan kronologi Pemerintah akhirnya memutuskan untuk kembali impor beras.

Baca juga: Buwas Sebut Ada Pelaku Usaha yang Memainkan Harga Beras

Harga beras naik

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengakui bahwa kenaikan harga beras selalu terjadi setiap tahunnya.

"Memang harga beras setiap tahunnya itu selalu berfluktuasi. Salah satunya karena harga gabah mengalami penurunan pada saat setelah panen raya. Kemudian menjelang akhir tahun naik kembali," ucap Sutarto dalam rapat bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (7/12/2022).

Berdasarkan survei internal Perpadi, faktor penyebab naiknya harga beras yang di antaranya adalah menurunnya suplai atau produksi beras, adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), kebijakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan terakhir lantaran adanya kebijakan fleksibilitas terkait harga acuan dalam pembelian beras dan gabah kering, agar Perum Bulog segera meningkatkan daya serapnya.

Sutarto menjelaskan, lantaran BPNT dibuka untuk pasar bebas, atau pemasok produk-produknya tak hanya satu pintu dari Perum Bulog, menyebabkan pembelian beras beserta volume penyerapannya tak beraturan.

"Pada bulan Agustus tiba-tiba ada 2 kali penyaluran BPNT, dan BPNT tidak dilakukan 1 pintu, sehingga terjadi perebutan," kata dia.

Namun menurut Sutarto, kebijakan fleksibilitas harga justru membuat para pengusaha penggilingan dan pengusaha beras skala besar, ikut menaikkan harga.

Baca juga: Debat Panas Stok Beras Kementan Vs Bulog, Jokowi sampai Turun Tangan

Perum Bulog tak bisa serap beras petani

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prestyo Adi menyebutkan, Bulog kesulitan untuk menyerap beras sebanyak 1 - 1,2 juta ton dalam memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Hal tersebut lantaran meningkatnya harga gabah di lapangan atau di tingkat petani.

"Saya dengan Pak Buwas (Dirut Bulog) dan teman-teman di BUMN pangan sepakat bahwa apabila kita menyerap harusnya memang di semester pertama. Jadi kalau hari ini kami menyerap minta diserap sekitar 1,2 juta ton memang sulit. Itu poinnya," kata Arief dalam rapat kerja bersama komisi IV DPR, Rabu (23/11/2022).

Dia menuturkan, saat ini untuk mencari gabah di lapangan dengan harga Rp 4.200 per kilogram sangat sulit. Sementara berdasarkan laporan harga gabah berada di atas Rp 5.000 per kilogram hingga Rp 5.500 per kilogram.

Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan untuk rata-rata Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani sudah mencapai Rp 5.891 per kilogram atau naik 17,44 persen. Sedangkan di tingkat penggilingan Rp 6.006 per kilogram atau naik 17,22 persen.

"Kemudian tentunya ini rebutan gabah juga di market ya. Dan kalau kita lihat memang kondisinya grafiknya seperti ini, jadi saya tidak menyampaikan benar salah, tapi kondisinya seperti ini," jelasnya.

Arief khawatir apabila Bapanas dan Perum Bulog tidak bisa menyerap sampai dengan 1,2 juta ton maka cadangan beras pemerintah ada di Bulog akan menipis.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyampaikan, sejak Maret sampai Juni 2022, Perum Bulog masih bisa melakukan penyerapan tertinggi mencapai 912.000 ton. Penyerapan itu terjadi lantaran harga di lapangan masih sesuai dengan ketentuan yakni Rp 8.300 per kilogram untuk beras medium.

Kemudian, pada pertengahan Juli ada peningkatan harga sehingga Bulog tidak lagi bisa menyerap dengan harga Rp 8.300 per kilogram.

Oleh sebab itu, pemerintah melalui Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) memutuskan untuk memberikan fleksibilitas harga sampai Desember membeli beras dengan harga Rp 8.800 untuk CBP.

"Dalam perjalanannya kita dari target yang kita tentukan itu, kita hanya bisa menyerap 44.000 ton, jadi sangat jauh dari yang kita prediksi kita bisa menyerap 500.000 ton pada saat itu," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Rendahnya penyerapan saat itu membuat pemerintah memutuskan untuk mencabut kembali harga fleksibilitas dan mengizinkan Bulog untuk membeli dengan harga komersil.

Harga komersial mengikuti harga pasar, yakni sekitar Rp 8.850 sampai Rp 10.200 per kilogram.

"Pada saat itu jadinya 1 juta ton untuk bisa dibeli oleh Bulog dengan harga komersil. Jadi bukan untuk harga CBP, tapi harga komersial Rp 10.200 dan kita melakukan itu. Sampai hari ini melakukan itu membeli yang harga Rp 10.200 ini kita beli sekarang. Tetapi bukannya kita tidak mau, tetapi jumlahnya memang tidak tercapai, tidak ada barangnya," katanya.

Buwas menceritakan, bahkan pada saat Rakortas terakhir pada 8 November 2022, ada yang menjanjikan (Kementan) akan menyetor beras dalam kurun waktu tidak sampai 1 minggu sebanyak 500.000 ton kepada Bulog. "Namun, sampai hari ini janji tersebut tidak juga ditunaikan bersangkutan," kata Buwas.

Bulog pun mendapatkan tugas untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah sebanyak 1,2 juta ton hingga akhir tahun 2022.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com