Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Investasi 2023, Analis: "Living with Inflation..."

Kompas.com - 02/01/2023, 14:08 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menghadapi ekonomi 2023 yang diproyeksikan lebih menantang, investor pasar modal disarankan untuk tak terlalu agresif dalam berinvestasi dan perlu meningkatkan perhatian terhadap kondisi makro ekonomi global.

Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, jika suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed kembali naik tahun depan, kemungkinan industri perbankan akan berhati-hati menyalurkan kredit.

Tanpa penyaluran kredit yang ideal, ekonomi diperkirakan sulit bergerak lebih gesit. Dengan begitu kemungkinan ekonomi melambat akan jauh lebih besar.

Baca juga: Outlook Ekonomi 2023

Hal itu diperparah konflik geopolitik Ukraina dan Rusia. Oleh karena itu, tahun depan menurut dia, harus terbiasa dengan kondisi ekonomi yang berhadapan dengan inflasi.

“Yang menarik, prospek ekonomi kemungkinan stagflasi. Tetapi prospek investasi belum tentu. Karena pasar modal selalu lebih dulu bergerak dari sektor riil. Investment strategy 2023 adalah living with inflation. Saran saya sebetulnya kalau kita bicara investasi jangan persempit hanya di saham, silakan pertimbangkan properti,” kata dia dalam siaran pers, dikutip Senin (2/1/2023).

Ia menambahkan, ketika akan menghadapi volatilitas tahun depan ada baiknya investor melengkapi aset kelasnya.

Budi menyebut, yang paling menarik sepanjang tahun ini adalah dana asing yang keluar luar biasa besar pada instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN). Namun di akhir tahun, dana asing pada SBN mulai marak masuk kembali.

“Ada baiknya kalau berpikir investasi, penting sekali, dan menurut saya asing akan masuk ke SBN dan saham kita (pada 2023),” kata dia.

Menurut dia, kendati dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi, pihaknya masih optimistis melihat kondisi perekonomian tahun depan. Sebab, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah dicabut pemerintah secara menyeluruh dan bisa lebih memutar roda perekonomian.

Budi memproyeksikan, Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan melalui tiga skenario. Untuk base case ada pada level 7.550, untuk posisi bull menembus level 8.400 dan posisi bear pada level 6.750.

Sementara itu, Founder of Kurikulumsaham Alex Sukandar mengatakan, dari sisi performa sepanjang 2022 foreign buy di pasar modal Indonesia mencapai sebesar Rp 62,9 triliun. Adapun sektor dengan perputaran modal asing terbesar adalah IDX Finance dan IDX Energy dengan foreign flow masing-masing Rp 49,9 triliun dan Rp 11,8 triliun.

Adapun sektor-sektor yang sepanjang tahun ini bertumbuh di bursa saham adalah IDX Energy yang tumbuh 98,20 persen, IDX Industry 12,10 persen, IDX Health 6,73 persen, dan IDX Non Cyclic sebesar 6,26 persen.

Alex merekomendasikan beberapa saham pilihan yang diproyeksikan berkilau tahun depan, yaitu HRUM, PTBA, dan INDY di sektor energi, juga BMRI, BBRI, BBCA di sektor keuangan.

Senada dengan Budi, ia menyarankan investor berinvestasi pada mata uang asing.

“Kecenderungannya memang akan masih naik dollar AS terhadap rupiah. Kalau untuk jangka panjang saya lebih memilih euro atau USD. Karena ini down trend-nya lumayan panjang banget,” kata dia.

Baca juga: Window Dressing Saham: Definisi, Dampak, dan Contohnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com