JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkomitmen untuk semakin gencarkan ekonomi sirkular hingga mencapai target zero waste pada 2050. Sepanjang 2022, KLHK menorehkan catatan sebanyak 64 persen timbulan sampah yang telah berhasil dikelola dari total 68,5 juta ton sampah nasional.
KLHK berkomitmen untuk terus meningkatkan angka pengelolaan sampah hingga akhirnya berhasil mencapai zero waste pada 2050. Strategi peningkatan pengelolaan sampah ini antara lain akan dilakukan dengan menggencarkan penerapan ekonomi sirkular dan mendorong sampah menjadi industrialisasi.
“Kuncinya adalah ekonomi sirkular yang terkait dengan bagaimana agar sampah tidak terbuang ke tempat pembuangan akhir,” kata Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), KLHK, Kamis (13/1/2023).
Baca juga: Sampah Menggunung, Siapa yang Menanggung?
Lembaga Sustainable Waste Indonesia (SWI) belum lama ini mencatat, Industri daur ulang hingga saat ini belum memperoleh bahan baku jenis plastik polyethylene terephthalate (PET) yang dibutuhkan dari dalam negeri. Akibatnya, industri daur ulang harus mengimpor bahan baku sampah plastik hingga 750.000 ton per tahun.
Bahkan, permintaan industri plastik nasional diprediksi akan terus meningkat hingga menjadi 8 juta ton pada tahun 2025. Kemasan botol dan galon plastik PET sekali pakai sering dituding sebagai sampah tak berguna.
Baca juga: Ekonomi Sirkular Berpotensi Sumbang PDB hingga Rp 638 Triliun pada 2030
Padahal faktanya, sampah plastik jenis PET ini adalah bahan baku penting dalam industri daur ulang. Sampah plastik jenis PET berperan besar dalam ekonomi sirkular di Indonesia dan bisa ikut membantu menyelesaikan persoalan lingkungan dan ekonomi masyarakat.
“Tingkat daur ulang (recycle rate) sampah plastik di Indonesia baru menyentuh angka 7 persen, dengan jenis plastik jenis PET (yang lazim digunakan untuk kemasan AMDK botol dan galon) mencapai 75 persen tingkat daur ulang,” tulis paparan laporan lembaga SWI.
“Kemasan plastik minuman ringan pasca konsumsi sudah memiliki rantai daur ulang yang mature (stabil). Jenis plastik PET adalah kemasan minuman ringan yang berkontribusi besar dalam daur ulang, mencapai 30 persen sampai 48 persen dari total penghasilan para pengumpul sampah,” tulis hasil penelitian tersebut.
Baca juga: KLHK Dorong Produsen AMDK Perbanyak Kemasan Besar agar Daur Ulang Mudah