KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Kembali ke Kantor pada 2023

Kompas.com - 14/01/2023, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA waktu lalu, kita melihat berita tentang puluhan ribu orang menandatangani petisi yang menuntut Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta untuk kembali memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH).

Tuntutan tersebut muncul sebagai respons terhadap kemacetan yang semakin parah dan tingkat polusi di Ibu Kota yang terus memburuk setelah memasuki masa endemi Covid-19.

Mereka merasa bahwa kembali bekerja di kantor dengan kondisi seperti saat ini justru kontraproduktif karena tubuh sudah lelah setelah berjam-jam melawan kemacetan perjalanan.

Di sisi lain, ketika pertama kali berpindah dari Google ke Yahoo, Marissa Mayer mengumumkan pada para pekerja yang bekerja secara jarak jauh untuk kembali ke kantor. Keputusan itu dibuat karena ia ingin mendorong setiap individu untuk lebih terhubung satu sama lain.

Chief Executive Officer (CEO) Yahoo itu beralasan bahwa bekerja dari jarak jauh dapat memunculkan “silo” antardepartemen.

Twitter yang sebelumnya sempat mengumumkan untuk mengambil kebijakan bekerja secara remote pun tiba-tiba mengubah haluan kebijakan ketika miliarder Elon Musk menjadi pemiliknya. Musk mewajibkan semua karyawan untuk bekerja di kantor selama 40 jam seminggu. Mereka yang keberatan dengan kebijakan ini dipersilakan mengundurkan diri. Hal ini pun berbuntut pada pengunduran diri massal di Twitter, mulai dari level staf hingga manajemen puncak.

Tujuan para pimpinan tadi membuat kebijakan kembali ke kantor adalah meningkatkan produktivitas. Mereka khawatir bahwa bekerja secara remote membuat kontrol produktivitas mengendur.

Namun, kedua pakar digital yang mengaku pandai membaca tren itu sepertinya tidak menyadari bahwa evolusi tempat bekerja sudah terjadi secara masif di seluruh dunia akibat pandemi.

Hal itu sejalan dengan perubahan cara kerja manusia. Awalnya, teknologi hanya menjadi alat bantu. Kini, teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, tatap muka ataupun keberadaan para individu di tempat yang sama terasa tidak lagi menjadi metode utama untuk meningkatkan engagement.

Bagaimana mungkin kita mengharapkan komitmen hati dari para karyawan ketika mereka sudah kelelahan menembus kemacetan setiap harinya? Demi apa kita mengajak mereka ke kantor, tetapi sesampainya di kantor mereka kembali membuka laptopnya di kubikal masing-masing dan tetap berkomunikasi melalui media elektronik?

Jadi, kira-kira, seperti apakah bentuk kantor yang ideal pada 2023?

Pendekatan baru

Kita memang membutuhkan pendekatan baru dalam menyikapi aktivitas berkantor saat ini. Filosofi bekerja pun perlu kita pertanyakan dengan tumbuhnya beragam industri baru, seperti teknologi, energi alternatif, logistik, dan teknologi finansial.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Pertama, kita perlu ingat bahwa aksesibilitas menjadi hal yang paling penting saat ini. Marissa Mayer memang tidak salah ketika ia menginginkan individu saling terkoneksi dengan memaksa menyatukan mereka dalam sebuah ruangan.

Namun, ia lupa bahwa pada zaman ini, orang bisa saja duduk berhadap-hadapan, tetapi tetap tidak terhubung satu sama lain.

Berapa banyak dari kita yang duduk makan bersama keluarga ataupun teman, tetapi masing-masing sibuk dengan gawainya sendiri-sendiri? Memaksa orang untuk berhubungan face to face akan menghilangkan fleksibilitas yang berakibat pada kurangnya kreativitas dan inovasi.

Kita sendiri mungkin merasakan betapa rapat-rapat yang dilakukan secara virtual ternyata malah lebih efektif ketimbang saat dilakukan secara luring. Memang, canda tawa dan keakraban terasa jauh lebih hangat dalam rapat yang dilakukan luring, tetapi tidak tertutup kemungkinan pembicaraan pun menjadi melenceng ke mana-mana.

Oleh karena itu, kita memang perlu mencari kombinasi agar mendapatkan ikatan hati, tapi tetap dapat mengerjakan tugas dengan lebih efektif melalui bantuan teknologi. Selama karyawan memiliki sasaran kerja yang jelas dan terukur, fleksibilitas tempat kerja justru memudahkan mereka untuk mengatur diri dan pekerjaannya agar dapat selesai tepat waktu tanpa alasan gangguan-gangguan eksternal.

Kedua, tenaga kerja yang terdiri atas para milenial sampai generasi Z (Gen Z) memang ingin mempunyai otonominya sendiri. Mereka perlu merasa bahwa tempat kerjanya terasa dinamis, tetapi dapat mengakomodasi kebutuhannya untuk banyak belajar. Mereka ingin dapat membuat keputusannya sendiri mengenai bagaimana cara kerjanya, kapan mereka bekerja, dan di mana mereka melakukan pekerjaannya.

Ketiga, setiap kantor perlu mengidentifikasikan dirinya seperti startup. Saat ini, manajemen tidak bisa lagi menerapkan aturan-aturan seperti 30 tahun lalu. Kerangka kerja saat ini menjadi pendek, tetapi harapan manajemen sangat tinggi. Dengan demikian, organisasi perlu melakukan kombinasi antara manajemen mikro dan fleksibilitas. Kita pun perlu menyadari aspek diversifikasi dan multibudaya dalam pertimbangan. Diversifikasi talenta merupakan kunci sukses manajemen pada masa depan.

Keempat, kesadaran bahwa birokrasi tidak lagi bisa menghalangi keterbukaan arus informasi. Dengan komunikasi elektronik, kita dapat berhubungan dengan siapa pun di organisasi, termasuk CEO sekalipun. Berita akan tersebar dengan jauh lebih cepat, baik berita baik maupun berita buruk. Untuk itu, manajemen harus peka dan memahami kekuatan komunikasinya dalam membuat dampak.

Kelima, pertemanan. Pada dasarnya, karyawan adalah makhluk sosial yang pasti memiliki keinginan untuk bertemu dengan teman-teman, mengobrol, dan bercanda. Manajemen perlu mengakomodasi hal ini dengan menciptakan area-area yang bisa menjadi social hub.

Dengan demikian, ketika karyawan berada di kantor, ia merasa bahwa ini adalah kesempatannya untuk bersosialisasi satu sama lain dan berkesempatan untuk menjalin relasi yang berdampak bagi pencapaian targetnya.

Sementara itu, penyelesaian pekerjaan dilakukan secara efisien ketika mereka bekerja di rumah.

Kita lihat banyak perusahaan yang perlu lebih jeli dalam mempersiapkan kantornya kembali. Bagian personalia pun mungkin kehabisan akal dalam mencari cara menciptakan ruang kerja yang nyaman ketika manpower terus berkembang dengan perkembangan organisasi.

Ketimbang memaksakan diri untuk kembali ke pola lama di tengah dunia sudah demikian berubah, mengapa tidak mengubah konsep kerja kita saja?


Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Cek Syaratnya

Work Smart
HM Sampoerna Tunjuk Ivan Cahyadi Jadi Presiden Direktur

HM Sampoerna Tunjuk Ivan Cahyadi Jadi Presiden Direktur

Whats New
Wapres Minta Manfaat Ekonomi Syariah Bisa Dirasakan Masyarakat

Wapres Minta Manfaat Ekonomi Syariah Bisa Dirasakan Masyarakat

Whats New
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com