Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Logam Tanah Jarang atau Rare Earth yang Bikin Geger se-Eropa

Kompas.com - 14/01/2023, 11:21 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Rare earth atau biasa disebut logam tanah jarang kini banyak diperbincangkan setelah bikin geger Benua Eropa. Januari 2023, Swedia baru saja menemukan cadangan logam tanah jarang yang sangat besar.

Penemunya adalah perusahaan BUMN Swedia, Luossavaara-Kiirunavaara Aktiebolag (LKAB). Mereka menemukan cadangan logam tanah jarang di sekitar tambang bijih besi di Kiruna yang terletak di ujung Utara negara tersebut.

Penemuan cadangan raksasa logam tanah jarang di Swedia ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan dari China. Beijing selama ini kerap menggunakan 'diplomasi' logam tanah jarang untuk menekan negara-negara Uni Eropa.

Sebagai informasi saja, Cina mendominasi pasar logam tanah jarang dengan memproduksi lebih dari 80 persen kebutuhan global dan menyuplai Eropa dengan sekitar 95 persen dari pasokannya.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Mengenal logam tanah jarang (rare earth)

Sesuai namanya, rare earth atau tanah jarang adalah logam yang langka dan hanya segelintir negara di dunia yang memilikinya.

Logam tanah jarang merupakan mineral yang bersifat magnetik dan konduktif, banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, speaker, dan lain-lain.

Selain itu, logam tanah jarang juga dimanfaatkan untuk sektor lainnya, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan. Banyak senjata militer canggih diproduksi dengan komponen yang harus dibuat dengan rare earth.

Sebagai perumpamaan saja, tanpa suplai logam tanah jarang, maka produsen ponsel bisa berhenti beroperasi. Rare earth permintaannya bakal semakin meningkat seiring masifnya tren kendaraan berbasis listrik.

Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya

Namun, nyaris tak ada perusahaan di dunia yang secara khusus menambang logam tanah jarang. Ini karena rare earth adalah bijih tambang ikutan, alias merupakan hasil sampingan dari komoditas tambang lain.

Biasanya, logam tanah jarang secara tak sengaja ikut ditambang bersamaan dengan nikel, bauksit, maupun timah. Rare earth baru didapatkan saat perusahaan tambang melakukan ekstraksi atau proses pemisahan.

Penambangan logam tanah jarang hampir serupa dengan proses mendapatkan emas yang juga kerap dijadikan sebagai produk sampingan, saat perusahaan menambang logam lainnya.

Logam tanah jarang di Indonesia

Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang menguasai sumber daya logam tanah jarang, meski jumlahnya relatif sedikit. Cadangan logam tanah jarang banyak ditemukan di Bangka Belitung dan Kalimantan.

Baca juga: Daftar Lengkap UMR Jakarta 2023 dan Bodetabek

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif, menjelaskan rare earth memang lebih tinggi harganya ketimbang lithium yang seringkali disebut-sebut sebagai mineral masa depan yang diincar banyak negara.

Arif yang juga Guru Besar Teknik Pertambangan ITB itu mengatakan logam tanah jarang di Indonesia diperoleh dari mineral monazit dan xenotime. Keduanya bisa diperoleh dengan mengektrak logam timah yang ditambang di Pulau Bangka dan Belitung.

"Selama ini tanah jarang belum dioptimalkan oleh perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia, belum ada yang fokus usaha di pertambangan rare earth. Hanya dianggap sebagai produk sampingan dari timah," terang Arif dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Rare earth alias logam tanah jarang sangat diperlukan untuk produksi kendaraan listrik.KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Rare earth alias logam tanah jarang sangat diperlukan untuk produksi kendaraan listrik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com