Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimbang Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan ke Bank Digital

Kompas.com - 24/01/2023, 12:43 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 225 basis poin sejak Agustus 2022. Hal ini tentu akan memberikan tekanan terhadap sektor perbankan.

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, komposisi dana pihak ketiga (DPK) menjadi kunci pertumbuhan perbankan pada 2023.

Menurutnya, bank yang porsi dana murahnya lebih banyak, bakal lebih mampu menghadapi risiko kenaikan suku bunga.

Baca juga: BI Kembali Kerek Suku Bunga Acuan, IHSG Diproyeksi Lanjutkan Penguatan

Sebab, kenaikan suku bunga acuan secara umum memberikan tekanan bagi bank. Saat tingkat bunga acuan naik, likuiditas di pasar cenderung akan mengetat dan bank berlomba berebut DPK untuk menjaga tingkat likuiditas.

“Perbankan mau tidak mau harus menaikkan bunga deposito agar tidak lari ke bank lain. Terutama bagi bank yang kondisi likuditasnya pas-pasan. Semakin besar kenaikan bunga, semakin tinggi beban biaya dana dan hal ini akan menjadi sentimen negatif bagi perbankan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/1/2023).

Oleh karena itu, bank-bank besar relatif lebih diuntungkan karena lebih dikenal dan telah memiliki basis nasabah yang melimpah dan jaringan kantor cabang di berbagai lokasi.

Baca juga: Pastikan Inflasi Tepat Sasaran, BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen


Sementara bank menengah kecil termasuk bank digital, perlu usaha lebih untuk meyakinkan nasabah sehingga dalam berkompetisi meraih DPK, kelompok bank ini bakal menghadapi tantangan yang tidak mudah.

Tantangan bagi bank digital

Sejauh ini, bank menengah kecil dan digital cenderung memilih strategi menawarkan bunga simpanan lebih tinggi.

Namun, Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin mengungkapkan, kenaikan suku bunga simpanan pasti ada batasnya karena berimbas pada daya saing dan profitabilitas.

"Kalau biaya dana dan promonya naik tinggi, berapa bunga kredit yang bisa mereka tawarkan ke debitur? Debitur pun pasti mengukur kemampuan, apalagi ada kekhawatiran inflasi dan perlambatan ekonomi," ucapnya.

Baca juga: BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan, Ekonom: Berdampak ke Penyaluran Kredit

Dalam situasi seperti ini, kata Fakhrul, bankir bank menengah kecil dan digital dihadapkan pada pilihan yang sulit, yakni tetap mempertahankan bunga kredit tapi profitabilitas turun karena biaya dana lebih mahal, atau menaikkan bunga kredit tapi pertumbuhan berpotensi melambat karena kalah bersaing di bunga kredit.

"Tantangannya memang tidak mudah. Di satu sisi mereka harus menggenjot funding agar bisa meningkatkan penyaluran kredit, tetapi di sisi lain biaya dana harus efisien agar kompetitif," jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini komposisi DPK bank digital cenderung beragam, yaitu ada yang memiliki rasio dana murah tinggi dan tidak sedikit yang memiliki rasio dana murah rendah.

Baca juga: Sri Mulyani Sentil Bankir yang Bahagia Saat Suku Bunga Naik

Misalnya Bank Jago dan Seabank memiliki rasio dana murah atau CASA Ratio yang tinggi di atas 50 persen. Sementara itu, Bank Neo Commerce (BBYB), Bank Raya (AGRO), dan Bank Aladin (BANK), dan Allo Bank (BBHI) memiliki CASA Ratio di bawah 50 persen.

Meski CASA ratio-nya sama-sama tinggi, Fakhrul menilai CASA ratio Bank Jago lebih baik dibandingkan Seabank karena menawarkan tingkat bunga tabungan yang lebih rendah di mana bunga tabungan Seabank sebesar 5 persen dan Bank Jago sebesar 3,75 persen.

"Dengan beban bunga yang rendah, struktur biaya Bank Jago sangat kompetitif," tukasnya.

Baca juga: 2023 Masih Dibayangi Ketidakpastian, Bankir Khawatirkan Kenaikan Suku Bunga AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com