Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MBS Komplain, Luhut Minta Penjelasan Pertamina hingga Lapor ke Jokowi

Kompas.com - 26/01/2023, 18:52 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku dikomplain oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) terkait investasi.

Hal itu lantaran perusahaan minyak raksasa Arab Saudi, Aramco, gagal negosiasi dengan Pertamina terkait valuasi kilang dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah. Karena alasan itu, Arab Saudi enggan menambah investasi di Indonesia.

Luhut lantas meminta penjelasan langsung terkait hal tersebut kepada Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Baca juga: Bertemu Presiden Kenya, Luhut Tawarkan Kerja Sama Energi Terbarukan hingga Operasional Pelabuhan

"Ini Bu Nicke, saya baru dikomplain sama MBS, komplain. Saya tanya, kenapa kalian belum investasi di Indonesia? Karena katanya, Aramco enggak masuk di kilang minyak (Indonesia)," ucapnya dalam Saratoga Investment Summit, Kamis (26/1/2023).

"Saya tanya Ibu Nicke langsung, kenapa begini? Sekarang enggak ada yang tersembunyi, semua data terbuka. MBS saya teks (kirim pesan) kemarin, nanti saya forward ke Anda (Dirut Pertamina). Saya teks MBS panjang lebar, saya jelaskan," ujarnya.

Lapor ke Jokowi

Keengganan Arab Saudi berinvestasi di Indonesia karena masalah Aramco telah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tadi saya juga lapor Presiden. Enggak bisa kita itu sekarang main-main. Any single data itu pasti akan kelihatan. Karena apa, karena semua digitalize," kata Luhut.

Baca juga: Ini Alasan Pertamina Gagal Kerja Sama dengan Aramco di Kilang Cilacap


Sebelumnya, negosiasi RI dan Arab Saudi buntu pada 2020. Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan alasan pihaknya tak melanjutkan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek RDMP Cilacap, Jawa Tengah, akibat tak tercapainya titik temu mengenai valuasi kilang tersebut.

"Jadi permasalahannya dari perbedaan valuasi. Bagaimana valuasi menilai dari eksisting kilang Cilacap ini ada perbedaan harga 1,1 miliar dollar AS. Itu kalau dibandingkan dengan nilai buku, itu kan aset BUMN,” ujar Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (29/6/2020).

Nicke menjelaskan, pihaknya tak mungkin melanjutkan kerja sama tersebut karena angka yang ditawarkan Saudi Aramco jauh di bawah valuasi yang ditetapkan perseroannya.

Baca juga: Luhut Bilang, RI Tak Akan Impor Bahan Bakar Fosil Mulai 2045

Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap sudah digagas sejak 2015 dengan ditandatanganinya Heads of Agreement (HOA) antara Pertamina dengan Saudi Aramco pada November 2015.

Proyek ini menelan investasi mencapai 5,5 miliar dollar AS. Rencananya kapasitas proyek RDMP Cilacap ini akan bertambah menjadi 400.000 barrel per hari dengan hasil produk yang memenuhi spesifikasi Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.

Baca juga: Luhut Sesumbar Semua Raksasa Otomotif Dunia Bakal Investasi di RI, Termasuk Tesla

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com