Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kandidat Gubernur Bank Indonesia, Ekonom: Banyak dari Internal BI yang Cocok

Kompas.com - 31/01/2023, 11:06 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Posisi Gubernur Bank Indonesia oleh Perry Warjiyo akan berakhir pada Mei 2023. Nantinya Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengusulkan nama calon Gubernur BI kepada DPR RI untuk disetujui DPR.

Lantas siapakah yang cocok untuk menempati posisi pertama bank sentral RI itu?

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, BI perlu penyegaran sehingga sebaiknya posisi ini tidak kembali diduduki oleh Perry. Sebab menurut dia, ada banyak kandidat lain yang potensial di internal BI.

"Harus ada penyegaran di tubuh BI, apalagi tantangan ke depan makin kompleks. Banyak dari internal BI yang cocok," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (30/1/2023).

Baca juga: Gubernur BI: 2023, Rupiah Akan Menguat

Yang jelas, calon gubernur BI setidaknya harus memiliki lima kriteria. Pertama, berani menolak melanjutkan burden sharing atau cetak uang dalam rangka menyelamatkan defisit APBN.

Kedua, mencari opsi stabilitas kurs terpaku pada kebijakan konvensional naik turunkan suku bunga acuan. Ketiga, memiliki integritas atau tidak punya masalah konflik kepentingan dan track record yang bersih.

Keempat, punya komitmen mengarahkan kebijakan moneter yang pro lingkungan. Kelima, paham dan mampu mengendalikan arah perkembangan teknologi termasuk soal rupiah digital dan cepatnya inovasi fintech payment.

Sri Mulyani Diisukan Jadi Kandidat Gubernur BI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diisukan menjadi salah satu kandidat gubernur BI periode 2023-2028.

Bhima bilang, jika Sri Mulyani benar menjadi kandidat gubernur BI yang baru, maka dia harus mundur dari jabatannya dari sekarang.

"Harus mundur dari Menkeu," kata Bhima.

Dia menilai, Sri Mulyani memiliki pengalaman yang mumpuni untuk menjadi gubernur BI yang baru. Terlebih selama menjadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani sudah sering melakukan koordinasi di internal Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdapat BI didalamnya.

Dikutip dari laman kemenkeu.go.id, Sri Mulyani telah lama berkiprah di bidang ekonomi mulai dari empat kali menjadi Menteri Keuangan RI di kabinet yang berbeda hingga pernah menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Namun, Sri Mulyani tidak memenuhi salah satu dari lima kriteria yang sudah dia ungkapkan, yaitu berani menolak melanjutkan burden sharing.

"Soal pengalaman mungkin bagus ya. Tapi problemnya Bu SMI yang mendorong burden sharing atau skema pembelian SBN oleh BI di pasar primer alias cetak uang. Itu jadi masalah serius karena menyangkut independensi bank sentral dan inflationary risk dari kebijakan moneter," tukasnya.

Sementara itu Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menyatakan, Kementerian Keuangan belum ada pembicaraan soal hal tersebut.

"Sejauh ini tidak ada pembahasan atau diskusi mengenai hal ini di Kementerian Keuangan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (31/1/2023).

Namun dia memastikan Sri Mulyani saat ini fokus menjalankan tugasnya sebagai Menteri Keuangan. Pasalnya, tantangan ke depan masih besar sehingga diperlukan kolaborasi, profesional, dan integritas dalam menjalankan tugas.

"Ibu Sri Mulyani sebagai pembantu Presiden berfokus menjalankan tugas sebagai Menkeu dengan penuh tanggung jawab, terutama terus memastikan kebijakan fiskal dan kinerja APBN yang mendukung perekonomian nasional," jelasnya.

Baca juga: Gubernur BI Tetapkan 26 Pemimpin Baru, Ini Nama-namanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com