Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerapan "Carbon Capture", Upaya Mencapai Target Produksi Migas Sekaligus NZE

Kompas.com - 06/02/2023, 18:20 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS) dinilai jadi solusi dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) nasional. Dua teknologi ini juga dinilai jadi solusi mencapai target penurunan emisi karbon.

Saat ini, penerapan dua teknologi ini masih membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

Benny Lubiantara, Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas mengatakan, dua teknologi ini dapat memainkan perannya yang signifikan selama era transisi energi.

Sebab, kegiatan produksi migas saat ini dan di masa mendatang perlu dilakukan secara lebih bersih dan tepat kepada lingkungan.

“Industri hulu migas berperan sebagai penyangga ketika ternyata perjalanan menuju net zero emission (NZE) tidak semulus yang diperkirakan,” ungkap Benny melalui keterangannya, Senin (6/2/2023).

Baca juga: Kementerian ESDM: Indonesia Miliki Potensi EBT 3.686 GW untuk Modal Transisi Energi

Dari dua teknologi itu, CCUS akan lebih menarik karena ada faktor “Utilization” yang artinya berdampak terhadap adanya peningkatan recovery factor dari reservoir migas yang diinjeksikan CO2. Namun, tak semua proyek bisa menggunakan teknologi ini.

“Ke depan, dengan adanya deklarasi NZE oleh hampir semua perusahaan migas di dunia, implementasi CCS/CCUS menjadi suatu keharusan dalam proyek pengembangan lapangan migas. Semua PoD (Planning of Development) dipastikan memasukkan inisiatif ini dalam lingkup pekerjaan yang ada,” ujar Benny.

Baca juga: Incar 715 Miliar Dollar AS dari Hilirisasi Minerba, Migas, dan Kelautan, Jokowi Minta Dukungan OJK

Butuh dukungan investasi

Saat ini, lanjut Benny, pelaku sektor hulu migas membutuhkan pengakuan bahwa kegiatan CCS/CCUS termasuk dalam bagian dari kegiatan industri hulu migas. Dengan demikian, biaya yang dibutuhkan untuk implementasi CCS/CCUS dapat dibebankan ke dalam biaya operasi migas.

Pada tahap awal, CCUS baru diterapkan pada tiga proyek migas lain yakni Lapangan Gundih, Sukowati dan Tangguh.

Baca juga: Pemerintah Minta Eksplorasi Migas di Aceh Terus Digenjot

Sementara Mulyanto, anggota Komisi VII DPR-RI mengatakan, pengembangan teknologi CCS/CCUS untuk kegiatan produksi migas membutuhkan biaya besar karena peralatan yang diperlukan untuk implementasi masih harus impor.

“Karena itu, perlu dukungan dan kemudahan atau fasilitasi dari pemerintah. (Insentif) Itu perlu diberikan kepada investor,” ujar Mulyanto melalui keterangannya.

Menurut dia, pemerintah dapat mengkaji seluruh opsi yang ada yang paling tepat dan efisien dengan mempertimbangkan semua faktor. “Tentu ini semua mempertimbangan kondisi industri migas yang produksinya saat ini sudah turun,” ujar Mulyanto.

Baca juga: BPH Migas Gelar Diskusi Pengendalian Penyaluran BBM Solar Agar Tepat Sasaran

Tumbur Perlindungan, praktisi hulu migas menambahkan, CCS/CCUS merupakan teknologi baru dan cukup mahal. Oleh karena itu, teknologi tersebut hanya bisa diterapkan jika adanya penambahan produksi dari suatu lapangan migas yang ada.

“CCS/CCUS memang harus segera dilaksanakan baik dalam pilot project maupun implementasinya,” katanya. "Carbon tax yang menarik juga harus segera ditentukan agar bisa segera dilakukan economic analysis dalam implementasinya," lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com