Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Pangan Masih Telusuri Dugaan Adanya Mafia Beras yang Ditemukan Bulog

Kompas.com - 08/02/2023, 18:10 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Subbagian Satgas Pangan, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Iksyanto Bagus Pramono buka suara ihwal penemuan barang bukti aktifitas mafia beras yang diduga sengaja mencampurkan beras merk lain dengan beras Bulog.

Iksyanto mengatakan, pihaknya saat ini masih mempelajari hasil penemuan tersebut dan sudah membawa barang buktinya, yakni beras ke labotarium untuk dicek lebih lanjut.

"Hasil laboratoriumnya beras yang ada itu yang kita amankan itu, kita berikan, sudah di laboratorium. Nanti dari laboratorium akan keliatan bahwa beras itu campuran, ada enggak beras Bulog atau beras yang lain. Jadi sementara sabar dulu karena kalau Polri harus berdasarkan kegiatannya ilmiah, harus ada yang dibuktikan, masih ditelusuri, sementara itu yang masih kita lakukan," ujarnya saat jumpa pers di Hypermart Puri Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Baca juga: Saat Bos Bulog Yakin Temukan Bukti Adanya Praktik Mafia Beras...

Sementara ketika ditanyakan kapan hasil laboratorium akan keluar, Iksyanto masih pelit bicara.

Hanya saja dia bilang, pihaknya sudah memanggil saksi-saksi hingga pelaku usaha untuk ditanyai lebih lanjut.

"Sudah kita panggil semua (pelaku) yang ada di situ, saksinya juga sudah kita panggil," ungkap Iksyanto.

Adapun sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melakukan inspeksi mendadak alias sidak ke gudang beras PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur pada Jumat (3/2/2023).

Pada saat sidak, pria yang kerap dipanggil Buwas itu, sempat masuk ke beberapa gudang di sana. Salah satunya gudang milik Stephen yang berada di blok E.

Di sana Buwas menemukan tumpukan beras Bulog yang bersisian dengan beras merek lain. Tersebar juga di beberapa sudut sejumlah karung beras kosong merek Bulog dan merek lainnya.

Sontak, Buwas pun memanggil pemilik gudang tersebut lantaran dia menduga pemiliknya mencampurkan beras Bulog dengan merk lain yang dimasukan ke goni yang kosong.

Baca juga: Soal Mafia Beras, Wapres Maruf Amin: Perlu Teliti Lebih Jauh

Pemilik beras tersebut, Stephen, menampik tudingan Buwas. Stephen mengatakan, selain dari Bulog, ia mengatakan dirinya memang biasa membeli beras merek lain dari Karawang.

Buwas yang juga mantan Kabareskrim dan mantan Kepala BNN itu tentu tak langsung percaya.

Dia pun meminta sampel beras Bulog dan beras tersebut yang kemudian membandingkan kedua jenis beras itu.

Menurut Buwas, bila dilihat secara kasat mata, keduanya sangat mirip sehingga dia membawa dua sampel beras tersebut dan akan mengeceknya ke laboratorium.

Buwas juga berencana menjadikan hasil laboratorium nanti sebagai barang bukti kepada Satgas Pangan Polri.

Masih di gudang yang milik Stephen, Buwas berkeliling dan menemukan tempat yang diduga menjadi wadah pencampuran beras Bulog dan merek lain.

"Tadi kan dia bilang beras dari Karawang, saya berani bertaruh bukan dari Karawang. Ini sudah dimix, lihat sendiri kan tempat pencampurannya ada," ujarnya.

"Semakin saya jalan, semakin banyak yang saya temukan. Makanya mau saya cek lagi," kata Buwas.

Baca juga: Satgas Pangan Selidiki Kasus Mafia Beras yang Dilaporkan Bulog

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com