Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Memilih Saham IPO agar Tidak "Boncos"

Kompas.com - 09/02/2023, 08:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Minat perusahaan untuk menghimpun dana lewat pasar modal melalui aksi penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO) masih tinggi. Ini terefleksikan dari jumlah perusahaan yang telah menuntaskan atau berada dalam pipeline IPO.

Hingga Rabu (8/1/2023) kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan 17 perusahaan tercatat atau emiten baru pada tahun ini saja. Sementara itu, terdapat lebih dari 30 perusahaan yang berda dalam pipeline IPO.

Momen IPO suatu perusahaan sendiri kerap dinanti oleh investor. Maklum saja, ketika investor membeli saham perusahaan dalam proses IPO, terdapat sejumlah potensi keuntungan yang bisa didapat.

Baca juga: Melihat Kinerja Keuangan Pertamina Geothermal Energy yang Bakal IPO

Namun demikian, investor perlu lebih cermat dalam memilih saham IPO. Sebab, tidak sedikit saham yang setelah IPO justru terus menorehkan kinerja buruk dengan penurunan harga saham signifikan.

Oleh karenanya, terdapat sejumlah hal yang perlu diperhatikan investor ketika memilih IPO saham perusahaan.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, yang paling pertama, kenali model bisnis perusahaan yang diminati. Investor dapat mencermati model bisnis perusahaan yang diincar dan mempertimbangkan kinerja industri pada saat ini dan ke depan.

Investor juga dapat mempelajari kondisi keuangan perusahaan selama beberapa tahun terakhir. Investor bisa mencermati arus kas operasional, laba, hingga berbagai rasio keuangan lain dalam dokumen prospektus perusahaan.

Setelah melihat model bisnis dan kinerja keuangan perusahaan, investor dapat melihat tujuan penggunaan dana pelaksanaan IPO. Perusahaan dengan prospek model bisnis positif biasanya akan menggunakan dana yang diraup untuk melakukan ekspansi dan minim menggunakannya untuk membayar utang.

Baca juga: Soal IPO Pertamina Hulu Energi, OJK: Ada Sedikit Penundaan

"Umumnya yang untuk membayar utang juga memperlihatkan kondisi perusahaan yang kesulitan pendanaan," kata Praktisi Saham sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, kepada Kompas.com, Rabu (8/2/2023).

Selain itu, William juga merekomendasikan kepada investor untuk mencermati saham yang ditawarkan kepada publik. Menurutnya, perusahaan yang menawarkan saham dengan rasio lebih dari 30 persen modal ditempatkan dan disetor tidak bagus, sebab likuiditasnya terlalu tinggi.

"Dan di saat bersamaan memberikan image perusahaan sedang kesulitan pendanaan sehingga melepas saham dalam jumlah besar," ujarnya.

Pada intinya, agar dapat terhindar dari 'jebakan IPO' investor harus melakukan analisisnya sendiri terhadap perusahaan yang diminati. Dengan demikian, investor terhindar dari aksi ikut-ikutan.

Baca juga: Minat IPO Tinggi, 38 Perusahaan Antre Melantai di Bursa Efek Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com