Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bappenas Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI 5,31 Persen Masih di Bawah Potensi

Kompas.com - 10/02/2023, 06:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,31 persen di 2022 masih di berada di bawah pertumbuhan potensialnya.

Menurutnya, dengan seluruh potensi yang ada di Indonesia, semestinya ekonomi domestik bisa berada di atas itu.

"Kita itu tumbuhnya masih di bawah potensial. Potensi pertumbuhan ekonomi kita lumayan bagus sebenernya tapi kita selama ini bergerak di bawah," ujar Suharso alam acara "Collaborative Action to Achieve Indonesia Vision 2045", Kamis (9/2/2023).

Ia menilai, ada banyak faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Salah satunya, peran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang belum maksimal sebagai alat stabilisasi ekonomi (automatic stabilizer).

Baca juga: Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Tak Berbanding Lurus dengan Penurunan Kemiskinan karena Disrupsi Pekerjaan Pasca Pandemi

Suharso bilang, dirinya sudah sering kali bicara dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mendorong APBN supaya bisa berperan optimal sebagai stabilisasi ekonomi. Harapannya APBN bisa mendorong laju ekonomi sesuai potensinya.

"Sering kali saya berdiskusi dan berdebat dengan Kemenkeu soal fungsi APBN, itu kan menjadi automatic stabilizer. Kalau pertumbuhan ekonomi itu membuat panas ekonomi, maka dia (APBN) yang tekan ke bawah, kalau pertumbuhan ekonomi itu dibawah potensinya, maka dia (APBN) yang harusnya dorong atau prime mover," paparnya.

Baca juga: Indeks Persepsi Korupsi RI Menurun, Kepala Bappenas: Ini Alarm bagi Kita Semua

Menurut Suharso, cara pandang dirinya dan Kemenkeu mungkin berbeda terkait fungsi APBN dalam menstabilisasi perekonomian. Hanya saja, ia merasa, bahwa peranan APBN itu belum optimal membuat ekonomi RI belum mampu untuk kembali tumbuh seperti zaman orde baru yang berada di level 7-8 persen.

"Mungkin cara pandang ini berbeda sehingga kita belum kembali pada pertumbuhan ekonomi yang seperti kita peroleh dari zaman orde baru yang bisa sampai 7-8 persen pada masa-masa itu. Padahal dari sisi basis yang kita miliki jauh lebih baik," ungkap dia.

Baca juga: Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Tak Berbanding Lurus dengan Penurunan Kemiskinan karena Disrupsi Pekerjaan Pasca Pandemi

 


Meski begitu, Suharso mengakui bahwa basis pertumbuhan ekonomi 2022 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Ia bahkan bersyukur bahwa investasi bisa meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir, dan sudah mencapai di level 30 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Tingkat pengangguran Indonesia juga relatif setelah terpukul saat pandemi, angka kemiskinan juga sedikit menurun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com