Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed, Pergerakan Harga Minyak Dunia Cenderung Datar

Kompas.com - 16/02/2023, 07:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (15/2/2023) waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia. Pergerakan harga minyak dunia dibayangi oleh kekhawatiran akan kenaikan suku bunga The Fed yang bisa memperlambat ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 20 sen, atau 0,2 persen, menjadi 85,38 dollar AS per barrel, sementara West Texas Intermediate AS (WTI) turun 47 sen, atau 0,6 persen, menjadi 78,59 dollar AS per barrel.

Pergerakan harga minyak mentah dunia yang cenderung datar terjadi karena dollar AS yang menguat dan kekahawatiran suku bunga. Pada perdagangan hari Rabu, kerugian minyak terbatas karena pasar mendiskon stok minyak mentah AS yang cukup besar.

Baca juga: Asal-usul Nama Stasiun Balapan

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global yang lebih tinggi. Berdasarkan data inflasi AS baru-baru ini, Federal Reserve (Fed) juga berpotensi mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

"Harga minyak mentah berada di bawah tekanan karena dolar menguat menyusul data ekonomi yang mengesankan yang membuka jalan bagi pengetatan Fed lebih lanjut," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Nilau tukar dollar AS yang yang lebih kuat juga dinilai dapat memangkas permintaan minyak, serta membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Di sisi lain, Pejabat Federal Reserve mengatakan bank sentral AS perlu mempertahankan kenaikan suku bunga secara bertahap untuk melawan inflasi.

Baca juga: BUMN Konstruksi Ini Buka Lowongan Kerja untuk S1, Ini Posisi dan Cara Daftarnya

Namun di sisi lain, investor khawatir suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat perekonomian. Pekan lalu, EIA melaporkan stok minyak mentah AS melonjak 16,3 juta barrel menjadi 471,4 juta barrel, tertinggi sejak Juni 2021.

“Orang akan menyadari bahwa penyesuaian data EIA akan membangun skeptisme tentang banyaknya stok minyak mentah,” kata John Kilduff, mitra penasihat investasi Again Capital LLC di New York.

IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2023 dan mengatakan mungkin ada defisit pasokan di paruh kedua karena produksi yang terkendali dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan OPEC+.

IEA mengatakan China akan menghasilkan hampir setengah dari pertumbuhan permintaan minyak tahun ini setelah melonggarkan pembatasan Covid-19. Sementara itu, sekitar 1 juta barrel per hari produksi dari Rusia akan dihentikan pada akhir kuartal pertama tahun ini.

Hal tersebut juga merupakan respon Rusia terhadap kebijakan larangan impor lintas laut dan batas harga Kelompok Tujuh (G7) termasuk Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Baca juga: Indonesia Masih Impor Cangkul di 2022, Tapi Jumlahnya Semakin Sedikit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com