NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Jumat (17/2/2023) waktu setempat atau Sabtu pagi waktu Indonesia (WIB). Pergerakan harga minyak mentah dunia dibayangi oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga, dan permintaan.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent berjangka turun 2,14 dollar AS atau 2,5 persen menjadi 83 dollar AS per barrel, atau turun 3,9 persen secara mingguan.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun 2,15 dollar AS, atau 2,7 persen, menjadi 76,34 dollar AS per barrel, atau secara mingguan turun 4,2 persen.
Baca juga: Data Ekonomi Beragam, Pergerakan Harga Minyak Cenderung Terbatas
Pada hari Kamis, dua pejabat Fed memperingatkan bahwa kenaikan biaya pinjaman tambahan sangat penting untuk menekan inflasi.
Adapun sentimen yang mengangkat nilai tukar dollar AS, membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Kegelisahan kenaikan suku bunga telah kembali dengan sepenuh hati," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.
Sementara itu, produsen minyak Rusia berharap untuk mempertahankan volume ekspor minyak mentah saat ini, meskipun pemerintah berencana untuk memangkas produksi minyak pada bulan Maret.
Baca juga: Airlangga Sebut Arab Saudi Tega Pangkas Produksi Minyak di Tengah Krisis Energi
Adapun data terbaru pasokan AS yang dirilis pada Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah dalam sepekan hingga 10 Februari naik 16,3 juta barrel menjadi 471,4 juta barrel, atau level tertinggi sejak Juni 2021.
“Karena penyimpanan minyak berada pada level tertinggi 19 bulan, kilang akan memperpanjang musim turnaround selama mungkin,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Baca juga: Imbas Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed, Pergerakan Harga Minyak Dunia Cenderung Datar