Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Dinilai Belum Yakin dengan Prospek Pengembangan Geothermal

Kompas.com - 27/02/2023, 11:38 WIB
Yoga Sukmana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) harus menyentuh batas bawah perdagangan harian atau auto reject bawah (ARB) pada perdagangan perdananya pada Jumat (24/2/2023).

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef Abra Talattov menilai lesunya saham (PGEO) menandakan adanya ketidakyakinan investor terhadap prospek pengembangan geothermal di Indonesia.

“Ketidakyakinan investor PGEO tersebut sebetulnya cukup wajar,” ujarnya dalam siaran pers, Jakarta, Senin (27/3/2023).

“Mengingat memang masih tebalnya risiko dan ketidakpastian dalam pengembangan geothermal. Terlebih lagi dengan rencana penggunaan 85 persen dana hasil IPO PGEO untuk belanja modal atau capex terkait investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP eksisting,” sambung dia.

Baca juga: Resmi Melantai di BEI, Saham Pertamina Geothermal Langsung Longsor

Abra menilai PGEO masih akan memiliki pekerjaan rumah (PR) meskipun melakukan penambahan kapasitas terpasang dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. PR tersebut yakni menyalurkan pasokan listrik ke PLN.

Padahal kata dia, PLN saat ini sedang mengalami kondisi pasokan listrik yang berlebih. Selain itu ucapnya, PLN sudah memberlakukan skema merit order sehingga akan memprioritaskan pembelian listrik dari sumber yang lebih murah.

“Sebab, penyerapan listrik dari sumber yang lebih mahal akan berimplikasi terhadap kenaikan operasional PLN atau BPP sehingga pada gilirannya akan berimbas terhadap tambahan subsidi dan kompensasi listrik,” kata dia.

Baca juga: Pertamina Geothermal Energy IPO, Begini Kata Analis


Sementara itu, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai geothermal adalah salah satu bisnis di sektor energi yang memiliki tingkat pengembalian investasi rendah dengan risiko yang sangat tinggi. Bahkan kata dia, kemungkinan gagalnya bisa mencapai 60-75 persen.

“Maka investasi di pengembangan geothermal adalah high risk investment,” ujarnya.

Menurutnya, proses bisnis geothermal memakan waktu yang cukup lama. Mulai dari survei awal, penyiapan lahan, perizinan, eksplorasi hingga pengembangan pembangkit listrik bisa membutuhkan waktu 7-9 tahun lamanya.

Selain itu kata Teguh, investasi panas bumi juga membutuhkan modal yang besar. Mulai dari penentuan titik lokasi yang berpotensi, lalu infrastruktur pengembangannya, bahkan eksplorasinya sendiri bisa mencapai 40-60 persen dana operasional.

Oleh karena itu, pengumpulan dana publik perseroan sebagaian besarnya akan digunakan untuk belanja modal di berbagai wilayah kerja panas bumi (WKP) di Indonesia.

Baca juga: Saham PGEO Anjlok hingga Sentuh ARB pada Perdagangan Perdana

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com