Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Sulawesi Tengah: Bagi Hasil Nikel Harus Adil

Kompas.com - 07/03/2023, 15:11 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Rusdy Mastura mengatakan, ketika perpanjangan kontrak PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dilakukan, perlu ada penghitungan bagian yang sesuai untuk daerahnya.

Sedikit catatan, kontrak PT Vale sendiri akan habis pada tahun 2025. Hal tersebut disampaikan setelah acara The APNI (Asosiasi Penambang Nikel Indonesia) 6th Birthday Ceremony, Senin (6/3/2023).

"Kalau diperpanjang kami mintalah bagian, dari 2.000 kasihlah kami 5.000 supaya daerah kena dari apa yang tadi disebut bagi hasil itu," ucap dia.

Baca juga: Laba Bersih PT Vale Naik 20,8 Persen, Ini Penopangnya

Ia menambahkan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sulawesi Tengah saat ini mengalami kenaikan sebesar Rp 800 miliar menjadi Rp 1,7 triliun.

Meskipun demikian, kenaikan PAD ini bukan dipengaruhi oleh nikel melainkan pendapatan pajak.

"PAD kami saja sekarang Rp 900 miliar yang mana bukan dari hasil nikel melainkan dari pajak. Itu naik Rp 800 miliar menjadi Rp 1,7 triliun," imbuh dia.

Oleh karena itu, Rusdy berharap pembagian hasil nikel dari Vale di Sulawesi Tengah dapat dilakukan dengan adil dan sesuai.

Hal ini bertujuan untuk membantu masyarakat setempat yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Ia menceritakan, gubernur di Kalimantan baru saja meminta sebesar 50 persen dari hasil tambang untuk daerah.

"Jangan lagi Permen keluar yang nantinya bisa jadi pemberontakan. Lama-lama orang juga marah. Tanah di daerah itu hancur tapi banyak yang rakyatnya miskin, jadi kolaborasi,” terang dia.

Rusdy juga menjabarkan, perusahaan daerah Sulawesi Tengah sendiri telah siap untuk berkolaborasi dengan perusahaan tersebut. Soal dana, ia mengaku bank daerah juga siap untuk membantu.

"Perusahaan daerah (BUMD) bisa kita join dengan swasta yang ada, kenapa tidak? Kalau tidak kita join sama China juga bisa, Inggris," terang dia.

Sebelumnya, Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey menuturkan, Indonesia saat ini sedang dilirik dunia seiring gencarnya program dan Gerakan renewable energy.

Di sektor transportasi, ia bilang, pengembangan industri kendaraan listrik menjadi program unggulan untuk menekan polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan konvensional.

Untuk menekan penggunaan BBM, telah dikembangkan baterai untuk menggerakkan mesin EV.

“Nikel merupakan komoditas yang dibutuhkan bahan baku EV Battery. Indonesia merupakan pemilik sumber daya, cadangan, bahkan produsen nikel terbesar dunia. Maka, nikel Indonesia menjadi incaran dunia internasional,” kata Meidy.

Baca juga: APNI Soroti Minimnya Smelter Nikel Kadar Rendah, Ini Sebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com