Oleh: Rangga Septio Wardana dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Kepemimpinan merupakan salah satu keterampilan penting dalam kehidupan organisasi. Sebuah organisasi dalam bentuk apa pun, seperti institusi pendidikan, entitas ekonomi, lembaga sosial, maupun bentuk lainnya tak akan bisa berjalan efektif tanpa sosok pemimpin yang baik.
Terlebih di era sekarang, dunia bergerak semakin cepat sehingga membutuhkan gaya kepemimpinan yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dalam konteks ini, kepemimpinan inklusif menjadi metode yang dapat diimplementasikan untuk menyesuaikan tuntutan zaman. Hal ini pun dibahas dalam siniar Obsesif bertajuk “Kepemimpinan Inklusif Bikin Kamu Lebih Dihargai” dengan tautan akses dik.si/ObsesifS8EP8.
Menurut Saunders dalam Native Leaders - Leading Native: Looking At Inclusionary Tactics For First Nations Implementation (2005), kepemimpinan inklusif adalah suatu mekanisme untuk memberikan hak berbicara pada setiap orang dalam organisasi untuk pengambilan keputusan melalui pertimbangan.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Manusia Mudah Menyerah
Metode kepemimpinan ini adalah kemampuan mengelola kelompok yang heterogen. Kepemimpinan inklusif termasuk dalam kepemimpinan murni karena tak membeda-bedakan latar belakang seluruh anggota organisasi.
Dengan demikian, seluruh anggota merasa diperlakukan secara adil.
Hasilnya, kepemimpinan inklusif bisa membantu menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan kebutuhan anggota organisasi. Pekerjaan dilakukan secara kolaboratif sehingga semua anggota terlibat dalam setiap pekerjaan.
Dalam Harvard Business Review, Juliet Bourke dan Titus menjelaskan, kepemimpinan inklusif merupakan solusi agar sebuah organisasi berjalan efektif. Pemimpin inklusif dapat meningkatkan kualitas keputusan sebesar 20 persen, aksi kolaboratif 29 persen, dan kehadiran anggota 10 persen.
Mengutip Fast Company, ada empat ciri kepemimpinan inklusif yang biasanya diterapkan dalam keseharian.
Lingkungan dengan pemimpin yang inklusif dapat memicu ide dan inovasi. Ketika orang merasa aman, mereka akan cenderung jadi nyaman berbicara sehingga memaksimalkan berkontribusi terhadap organisasi.
Pemimpin inklusif mampu melihat berbagai peluang setiap individu untuk berbagi ide. Akhirnya, ini mendorong para anggota berdiskusi secara terbuka dan jujur. Dengan demikian, lingkungan organisasi akan lebih positif.
Pemimpin inklusif selalu mencari cara untuk memberdayakan orang-orang yang memiliki ide. Bahkan, memberikan tantangan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka identifikasi.
Baca juga: Kisah Inspiratif Founder AKSEL Membangun Startup di Usia Muda
Metode kepemimpinan ini akan memberi kesempatan untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada anggota tim. Namun, tetap melakukan pembimbingan untuk mengembangan keterampilan mereka.
Kepemimpinan inklusif dapat menunjukkan bahwa seluruh anggota tim memiliki kontribusi terhadap keberhasilan yang telah diraih. Hal itu akan menumbuhkan tingkat kepercayaan seluruh anggota tim sehingga dapat mendorong keterlibatan mereka.