KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Xinhua

Pemulihan Ekonomi China Picu Semangat Kepercayaan Diri dan Harapan Baru

Kompas.com - 11/03/2023, 14:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Shamim Zakaria
Associate Editor Xinhua

SEIRING roda kehidupan dan rutinitas kerja kembali bergerak dengan laju yang semakin cepat, perekonomian China mengalami kebangkitan luar biasa pada awal 2023.

Tahun ini menjadi sangat penting bagi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu. Pasalnya, China telah bersiap meletakkan fondasi di masa mendatang usai meraih kemenangan menentukan atas pandemi Covid-19.

"Dua Sesi" tahunan atau “Lianghui” yang dimulai beberapa waktu lalu pun telah membangkitkan antusiasme dan optimisme besar bagi masa depan China. Hal ini seiring dengan serangkaian target pembangunan 2023 yang diumumkan dalam laporan kerja Pemerintah China.

Di tengah perkembangan vitalitas ekonominya, China menetapkan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengesankan, yakni di kisaran 5 persen pada 2023. China pun bertekad menciptakan sekitar 12 juta lapangan kerja perkotaan serta menjaga inflasi di kisaran 3 persen.

Kisah manusia di balik kebangkitan Ekonomi

Dari penampakan visual di jalan-jalan yang semarak hingga proyeksi keuangan dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan, China mengalami transformasi luar biasa. Ini terwujud sejak negara itu mengoptimalkan respons Covid-19. Bahkan, saya sendiri sedari awal sudah menyaksikan pemulihan ekonomi China yang pesat.

Kenangan-kenangan ketika saya dalam perjalanan menuju Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing pada Desember 2022 masih jelas dalam ingatan saya.

Kala itu, saya hanya bisa melihat jalan-jalan yang hampir kosong. China mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang tiba-tiba dan masif. Masyarakat tampaknya dengan sukarela memilih untuk tetap berada di rumah, meski sebagian besar kebijakan pengendalian Covid-19 telah dicabut

Kemudian, ketika saya kembali ke Beijing sesuai liburan yang menyenangkan pada Februari 2023, jalan-jalan kini sudah tampak ramai dengan hiruk-pikuk dan pemandangan warga yang beraktivitas menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Udara pun kembali dipenuhi dengan aroma peluang yang membangkitkan semangat.

Inilah Beijing yang saya kenal!

Target pertumbuhan tahunan yang diusulkan China lebih dari sekadar angka. Target itu membingkai kisah manusia yang menyentuh hati. Seorang pemilik restoran yang berlokasi tidak jauh dari rumah saya mengungkapkan antusiasmenya tentang pembukaan kembali di bawah kontrol Covid-19 yang dioptimalkan.

"Saya sangat menantikan untuk menyambut kembali pelanggan-pelanggan saya. Saya sangat merindukan mereka!" serunya.

Teman pengusaha saya yang menjalankan perusahaan teknologi mengaku sangat senang dengan prospek untuk dapat melanjutkan kembali pertemuan tatap muka dengan para klien dan investor.

"Jauh lebih mudah untuk membangun hubungan ketika Anda dapat bertemu secara langsung. Saya senang bisa kembali beraktivitas dan mewujudkan berbagai hal," ujarnya kepada saya ketika kami belum lama ini bertemu untuk minum kopi.

Sejumlah lembaga global pun menaikkan proyeksi mereka untuk kebangkitan ekonomi China.

Pada Januari 2023, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan estimasinya untuk pertumbuhan ekonomi China pada 2023 menjadi 5,2 persen, naik 0,8 poin dari estimasi Oktober 2023.

IMF menyebut bahwa China dan India sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Ini menjadi sebuah prospek yang memberikan saya kegembiraan besar.

Sementara itu, lembaga pemeringkat kredit internasional, Moody's, memperkirakan bahwa kebangkitan ekonomi China dapat melampaui ekspektasi dalam waktu dekat.

Di seluruh penjuru China, para pemilik usaha kecil dan pengusaha membukukan lonjakan permintaan untuk produk dan layanan mereka. Ini pun selaras dengan keinginan konsumen yang ingin menebus momen terlewatkan setelah dapat kembali berlalu lalang di jalanan.

China memegang posisi penting dalam ekonomi global sebagai pusat manufaktur utama dan pasar konsumen yang sangat besar. Dengan populasi 1,4 miliar jiwa, negara tersebut memiliki lebih dari 400 juta orang berpenghasilan menengah. Sebelum Covid-19 merebak, konsumsi menjadi kontributor yang signifikan bagi PDB negara itu.

Laporan kerja pemerintah China menekankan prioritas pada pemulihan dan peningkatan konsumsi. Prioritas utama lainnya meliputi mempercepat modernisasi sistem industri, memperdalam reformasi perusahaan milik negara sembari memberikan dukungan bagi sektor swasta dan bisnis swasta, serta mengintensifkan upaya untuk menarik dan memanfaatkan investasi asing.

Tekad untuk menggenjot lapangan kerja

Pemulihan ekonomi China terus mengumpulkan momentum, dengan pragmatisme kebijakannya yang berfokus pada pertumbuhan menghidupkan kembali kepercayaan kerja.
Akibat berbagai faktor, seperti dampak pandemi yang parah dan tingginya tingkat pengangguran, muncul sebagai salah satu isu paling mendesak di banyak negara, termasuk di negara asal saya, India.

Namun, terlihat jelas bahwa China tetap berkomitmen menciptakan peluang kerja meski menghadapi beragam hambatan.

Saat bangkit dari pandemi, China akan menerapkan kebijakan yang mengutamakan ketenagakerjaan dan menempatkan prioritas lebih tinggi pada ketenagakerjaan di kalangan pemuda, terutama lulusan perguruan tinggi. Ini tertuang dalam laporan kerja pemerintah.

Para pencari kerja di China bersuka cita atas pemulihan dan pembukaan kembali ekonomi negara tersebut. Dengan senyum yang tampak merekah di wajah dan binar di kedua matanya, seorang lulusan baru memaparkan bagaimana dia mendapatkan pekerjaan yang sangat diimpikannya di sebuah perusahaan multinasional.

“Tahun lalu merupakan tahun yang penuh tantangan, dengan ketidakpastian dan kekhawatiran membayangi kami. Namun, lewat penanganan pandemi yang luar biasa dan pemulihan ekonomi yang cepat di negara ini, keadaan mulai membaik. Perusahaan-perusahaan mulai merekrut pegawai lagi dan persaingan berlangsung ketat, tetapi saya merasa optimistis,” ujarnya.

Kisahnya tidaklah unik. Saat menyusuri jalanan yang ramai di Beijing, mustahil untuk melewatkan beragam papan reklame yang mengiklankan lowongan pekerjaan dengan jelas dan stan perekrutan yang tersebar di tempat-tempat publik. Hal ini pun menghidupkan kembali harapan dan optimisme di kalangan pencari kerja.

Tingkat pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 3 persen pada 2022. Ini menunjukkan sedikit perlambatan, tetapi kesehatan ekonomi dasar negara itu masih kuat.

Satu hal yang menjadi sorotan adalah harga yang stabil. Sementara, inflasi global melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir, indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) China hanya naik 2 persen saat CPI Amerika Serikat (AS) dan zona Eropa mencapai di atas 8 persen.

Tahun ini, target kenaikan CPI China ditetapkan di angka 3 persen. Target ini mencerminkan komitmen negara itu untuk mempertahankan inflasi yang rendah, memelihara lingkungan yang stabil untuk pertumbuhan ekonomi, dan melindungi kesejahteraan rakyatnya.

Tingginya inflasi berdampak buruk pada daya beli masyarakat biasa di beberapa negara, termasuk AS dan negara-negara di Eropa. Kendati demikian, biaya pengeluaran harian saya di Beijing tetap relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai contoh, roti lapis yang saya konsumsi untuk sarapan setiap hari masih tercatat di kisaran harga 4 dollar AS (kurs 1 dollar AS = Rp15.301), tidak termasuk biaya pengiriman.

Foto dari udara yang diabadikan pada 17 September 2020 ini menunjukkan kawasan Houhai di Distrik Nanshan, Shenzhen, Provinsi Guangdong, China SelatanXinhua/Chen Yehua Foto dari udara yang diabadikan pada 17 September 2020 ini menunjukkan kawasan Houhai di Distrik Nanshan, Shenzhen, Provinsi Guangdong, China Selatan

Pemulihan ekonomi China membangkitkan harapan secara global

Bisnis-bisnis asing kembali melirik China. Kepercayaan diri pun melambung tinggi dan rencana perluasan sedang dirumuskan.

Kebangkitan ekonomi China menarik perhatian global secara luas dan memantik antusiasme di kalangan investor internasional. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan China, pada Januari 2023, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), dalam penggunaan aktual, melonjak 14,5 persen secara tahunan menjadi 127,69 miliar yuan (kurs 1 yuan = Rp 2.211).

Banyak bukti anekdotal tentang perusahaan-perusahaan yang ingin memanfaatkan ekonomi China yang begitu luas dan terus berkembang.

Sebuah artikel di situs web harian Inggris Daily Telegraph menyatakan bahwa pasar China merupakan “salah satu peluang investasi paling atraktif tahun ini”.

Wakil Presiden Eksekutif Schneider Electric untuk Wilayah Operasi China dan Asia Timur Yin Zheng mengatakan, China tidak hanya pasar yang sangat besar, tetapi juga merupakan kekuatan pendorong bagi pembangunan dan sumber inovasi.

Sentimen pribadi juga sama-sama bernada positif. Banyak eksekutif dan pemilik bisnis mengungkapkan rasa optimisme. Pasalnya, mengetahui bahwa mereka kini dapat melanjutkan rencana mereka di China.

Seorang eksekutif menyampaikan rasa antusiasmenya pada prospek pembukaan kembali kantor perusahaan itu di Shanghai.

“Kami telah lama menantikan momen ini. Kami siap untuk memulai,” ujarnya kepada saya.

Entah itu fokus yang diperbarui untuk berekspansi ke pasar baru, atau sekadar kegembiraan karena dapat terhubung kembali dengan para rekan dan mitra, ada perasaan bahwa era baru pertumbuhan dan peluang telah bangkit.

Sebagai seorang ekspatriat yang menganggap China sebagai rumah saya dalam beberapa tahun, saya dapat bernapas lega dan berbahagia, seraya berharap dapat melanjutkan kehidupan yang saya syukuri di negara ini.

 


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com