Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Pelajaran Kebangkrutan Silicon Valley Bank

Kompas.com - 13/03/2023, 11:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA Jumat (10/3), Silicon Valley Bank, bank di Amerika Serikat (AS) yang memberikan pinjaman kepada nasabah di bidang teknologi informasi, menyatakan kebangkrutan. Silicon Valley Bank (SVB) menyatakan kolaps pada Sabtu (11/3).

Kebangkrutan bank di markas raksasa teknologi ini menjadi kegagalan terbesar bank Amerika Serikat sejak krisis global tahun 2008.

Berdiri pada 1983, SVB adalah perbankan dengan spesialisasi perusahaan rintisan atau startup teknologi.

Dalam portfolionya, bank ini menyasar tiga segmen, yakni: perusahaan startup, modal ventura, dan perusahaan ekuitas yang mendukung startup.

SVB telah beroperasi di 29 kantor di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Irlandia, Denmark, Swedia, China, India, Israel, dan Hongkong.

SVB melayani hampir setengah dari perusahaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang didukung lebih dari 2.500 perusahaan modal ventura dunia.

Kejutan bagi Wall Street

Berita kebangrutan SVB merupakan kejutan bagi pasar Wall Street dan Pemerintahan AS atas keruntuhannya yang mempertanyakan kemampuan bank menopang laju pertumbuhan yang cepat dari industri teknologi.

Dari berbagai analisis perbankan dinyatakan bahwa bank tersebut mengambil terlalu banyak simpanan korporasi, dan terjerat oleh pemberian suku bunga tinggi. Bank juga terlalu banyak menyimpan uang tunai dari perusahaan rintisan (start-up).

Silicon Valley Bank melakukan apa yang dilakukan sebagian besar pesaingnya: menyimpan sebagian kecil dari tabungannya dalam bentuk tunai, dan menggunakan sisanya untuk membeli utang jangka panjang seperti obligasi Treasuri.

Penyebab utama SVB bangkrut adalah sebagai dampak kenaikan suku bunga Federal Reserve, Bank sentral Amerika Serikat (AS).

Akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed melemahkan momentum saham teknologi yang selama ini menjadi keuntungan Silicon Valley Bank. Suku bunga tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang yang dimiliki SVB.

Suku bunga tinggi the Fed

Silicon Valley Bank terjebak dalam kebingungan ketika Federal Reserve AS, yang ingin melawan laju inflasi yang cepat, mulai menaikkan suku bunga.

Investasi yang dulunya aman terlihat jauh kurang menarik karena obligasi pemerintah lebih menarik dan lebih banyak peminat.

Serta merta pendanaan SVB awal juga mulai menyusut, menyebabkan klien mulai menarik uang mereka. Untuk memenuhi permintaan nasabahnya, bank harus menjual sebagian investasinya dengan diskon besar.

Pada Jumat pagi (10/3), perdagangan saham SVB di-suspend dan regulator sektor keuangan di California juga sudah turun tangan menutup bank dan menempatkannya dalam kurator di bawah Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com