KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Xinhua

Menengok Visi dan Aksi China dalam Membantu Membangun Dunia yang Lebih Baik bagi Manusia

Kompas.com - 27/03/2023, 11:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Yu Shuaishuai, Xia Yuanyi, Yao Bing, Du Juan, Wang Ping, Wang Haizhou, Xu Feng, dan Gao Wencheng

JALAN sejarah tidak beraspal mulus seperti Nevsky Avenue di St Petersburg, Rusia. Cendekiawan sekaligus kritikus Rusia ternama pada abad ke-19 pernah mengatakan bahwa jalan sejarah membentang panjang menyusuri ladang yang berdebu atau berlumpur, dan membelah rawa atau semak belukar.

Setelah kurun dua abad atau lebih, dunia sekali lagi sampai di sebuah persimpangan sejarah. Banyak negara dihadapkan pada pilihan penting, yakni antara polarisasi dan kemakmuran bersama, dan antara permainan menang-kalah (zero-sum game) dan kerja sama yang saling menguntungkan (win-win cooperation).

Dalam pidatonya di Moscow State Institute of International Relations di Rusia pada 23 Maret 2013, Presiden China Xi Jinping menuturkan bahwa dengan hidup di desa global yang sama pada era yang sama ketika sejarah dan realitas saling bertemu, umat manusia semakin terlihat sebagai komunitas dengan takdir bersama. Mereka pun terlihat memiliki semacam kesamaan dengan satu sama lain.

Dalam satu dekade terakhir, China berdedikasi membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. China juga mengupayakan pembangunan bersama yang saling menguntungkan melalui berbagai tindakan konkret dalam upaya meneruskan obor perdamaian dari generasi ke generasi, menyokong pembangunan, serta mengembangkan peradaban.

Dengan segala upaya tersebut, China mencoba menjawab pertanyaan zaman yang dihadapi umat manusia, yakni “Dunia seperti apa yang diharapkan dan bagaimana cara membangunnya?”.

Menyokong pembangunan

Dalam beberapa dekade terakhir, China bangkit menjadi perekonomian terbesar kedua di dunia. Negara ini juga semakin terintegrasi secara mendalam dengan perekonomian global sepanjang peningkatan reformasi dan keterbukaannya serta upayanya dalam mewujudkan modernisasi.

Persyaratan-persyaratan penting dari modernisasi China adalah membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia dan menciptakan bentuk baru kemajuan manusia, sebagaimana isi Laporan Kongres Nasional Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) yang ke-20.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, China telah mengambil sejumlah aksi yang tidak hanya membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjamin hak atas pembangunan seluruh negara dan menjembatani kesenjangan Utara-Selatan.

Pada 2013, Xi mengusulkan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang merupakan solusi untuk mendorong pembangunan bersama di dunia.

Sejauh ini, inisiatif tersebut telah menghasilkan investasi senilai hampir 1 triliun dollar AS (dengan kurs Rp 15.349 per dollar AS), menciptakan sekitar 420.000 pekerjaan lokal, dan membantu mengentaskan hampir 40 juta orang dari kemiskinan lewat peluncuran berbagai proyek transportasi dan industri, seperti Zona Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan Suez TEDA China-Mesir.

Foto yang diabadikan pada 14 Januari 2021 ini menunjukkan pemandangan Kawasan Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan Suez TEDA China-Mesir di Ain Sokhna, Mesir.Xinhua/Wu Huiwo Foto yang diabadikan pada 14 Januari 2021 ini menunjukkan pemandangan Kawasan Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan Suez TEDA China-Mesir di Ain Sokhna, Mesir.

Profesor Kebijakan Publik di Universitas Addis Ababa Ethiopia Constantinos Berhutesfa menilai Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra sebagai "jenis globalisasi kedua".

Mengingat Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan mengalami kemunduran di tengah berbagai fenomena "angsa hitam" yang terjadi berturut-turut, Xi lantas mengajukan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative) pada 2021.

Hal tersebut bertujuan untuk menyinergikan misi China dengan Agenda PBB tersebut dan menjalin kemitraan pembangunan global yang terpadu, setara, seimbang, dan inklusif.

Selain itu, China juga membentuk sejumlah platform kerja sama seperti Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) dan mendorong proyek-proyek perdagangan bebas, seperti Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan.

Dalam upaya membantu menumbuhkan perekonomian global yang terbuka, China juga bergabung dengan berbagai mekanisme multilateral, termasuk Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).

 

Foto yang diabadikan pada 2 November 2022 ini memperlihatkan pintu masuk barat National Exhibition and Convention Center (Shanghai), venue utama untuk Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) kelima, di Shanghai, China timur.Xinhua/Fang Zhe Foto yang diabadikan pada 2 November 2022 ini memperlihatkan pintu masuk barat National Exhibition and Convention Center (Shanghai), venue utama untuk Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) kelima, di Shanghai, China timur.

Guna memastikan semua negara menikmati hak yang sama, mengikuti aturan sebagai pihak-pihak yang setara, serta berbagi kesempatan yang sama, pada pembukaan Forum Bisnis BRICS 2022, Xi menyampaikan kembali seruannya untuk menjunjung sistem perdagangan multilateral yang berpusat pada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), mendorong konsultasi ekstensif dan kontribusi bersama, serta meningkatkan tata kelola ekonomi global.

"Masa depan global spesies manusia merupakan isu yang menarik perhatian orang di mana pun di seluruh dunia. Ada begitu banyak hal yang perlu dilakukan. Jadi, China dapat memimpin dalam hal itu," ujar akademisi di British Academy of Social Sciences, Martin Albrow, kepada Xinhua.

Mantan perdana menteri Mesir Essam Sharaf optimistis terhadap konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. Menurutnya, hal tersebut sangat penting, terutama dalam kondisi global saat ini.

Menjaga perdamaian

Peraih Penghargaan Nobel Sastra 1946, Hermann Hesse, dalam pidatonya saat itu mengatakan bahwa pemikiran “yang internasional dan supranasional” seharusnya bukan digunakan untuk perang dan penghancuran, melainkan untuk perdamaian dan rekonsiliasi.

Pemikiran Hesse tersebut pun diamini oleh Xi. Dalam pidatonya di Kantor PBB di Jenewa pada 2017, ia menyerukan upaya untuk membina kemitraan berdasarkan dialog, nonkonfrontasi, dan nonaliansi.

“Selama kita menjaga komunikasi dan memperlakukan satu sama lain dengan tulus, maka ‘jebakan Thucydides’ dapat dihindari,” ujar Xi.

Seruan Xi menjadi semakin relevan dengan kondisi saat ini. Ini mengingat, konflik regional, kemunculan kembali mentalitas perang dingin, dan berbagai tantangan keamanan yang merebak telah menimbulkan defisit dalam perdamaian, pembangunan, kepercayaan, dan tata kelola yang semakin besar.

Melihat situasi tersebut, Xi lantas mengusulkan Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative) pada 2022. Tujuannya, untuk menghapus akar penyebab konflik internasional, meningkatkan tata kelola keamanan global, mendorong upaya internasional bersama guna menghadirkan lebih banyak stabilitas dan kepastian, serta mempromosikan perdamaian dan pembangunan yang langgeng.

Para wisatawan mengunjungi sebuah mal internasional bebas bea di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, pada 23 Juni 2022.Xinhua/Guo Cheng Para wisatawan mengunjungi sebuah mal internasional bebas bea di Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, pada 23 Juni 2022.

Belum lama ini, hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran kembali dimulai lewat sejumlah pembicaraan yang difasilitasi oleh China. Hal ini menjadi contoh dari ketegasan nilai-nilai yang terdapat dalam inisiatif usulan Xi tersebut.

Menganggap China sebagai mitra yang dapat diandalkan dan dipercaya, pemimpin redaksi Al Riyadh Newspaper Hani Wafa mengatakan, peran Beijing dalam peredaan ketegangan hubungan (détente) Riyadh-Teheran sama pentingnya dengan perjanjian itu sendiri.

Adapun Al Riyadh Newspaper merupakan sebuah harian besar di Arab Saudi.

Peran China dalam mempertahankan perdamaian juga dapat diamati pada krisis Ukraina.
Saat melawat ke Moskow baru-baru ini, Xi berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa China selalu mematuhi tujuan dan prinsip Piagam PBB, mengambil posisi yang obyektif dan tidak memihak, serta secara aktif mendorong perundingan damai.

China pun, lanjut Xi, menempatkan posisinya berdasarkan sifat dari masalah itu sendiri dan berdiri teguh demi perdamaian dan dialog serta di sisi sejarah yang benar.

Fakta-fakta itu menunjukkan komitmen China dalam mempromosikan hubungan internasional jenis baru dan memperluas konvergensi kepentingan dengan negara-negara lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing juga menyediakan berbagai macam barang publik (public good) untuk membantu mengatasi berbagai tantangan keamanan yang meresahkan dunia.

Sebagai contoh, China merupakan kontributor pasukan utama sekaligus penyumbang dana terbesar kedua bagi operasi pasukan penjaga perdamaian PBB.

Personel pasukan penjaga perdamaian dari China berbaris dalam sebuah upacara parade medali di Desa Hanniyah, Lebanon selatan, pada 1 Juli 2022.Xinhua/Liu Zongya Personel pasukan penjaga perdamaian dari China berbaris dalam sebuah upacara parade medali di Desa Hanniyah, Lebanon selatan, pada 1 Juli 2022.

“Saat negara-negara lain mengirim kekuatan militer ke seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam peperangan, mendirikan pangkalan militer di negara lain, dan seterusnya, militer China justru berangkat ke luar negeri untuk membantu menjaga dan mempertahankan perdamaian,” tutur pakar berpengalaman tentang China sekaligus wakil ketua 48 Group Club Inggris, Keith Bennett.

Kala negara-negara tertentu menganut pola pikir menang-kalah atau pemenang mendapatkan segalanya (winner-takes-all), lanjut Bennett, China justru memiliki proposal terperinci untuk mewujudkan gagasan masa depan bersama.

Mendorong peradaban untuk berkembang

Upaya China untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia berasal dari elemen-elemen budaya tradisional China yang dihormati.

Di dunia tempat perdamaian, pembangunan, kesetaraan, keadilan, demokrasi, dan kebebasan menjadi nilai-nilai bersama umat manusia, berbagai negara dan kawasan telah memilih jalur yang berbeda-beda menuju modernisasi, yang mengakar pada peradaban mereka yang unik dan telah berlangsung lama.

Pada kasus China, negara ini telah mewujudkan keajaiban pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas sosial jangka panjang melalui jalurnya sendiri menuju modernisasi dan demokrasi rakyat seluruh proses, mematahkan mitos bahwa “modernisasi berarti westernisasi”.

Oleh karena itu, negara tersebut berpendapat bahwa toleransi, koeksistensi, pertukaran, dan pembelajaran timbal balik di antara perbedaan peradaban memainkan peran yang tidak tergantikan dalam memajukan proses modernisasi umat manusia.

Dalam Dialog Pertemuan Tingkat Tinggi Partai-Partai Politik Dunia pada CPC pekan lalu, Xi mengusulkan Inisiatif Peradaban Global (Global Civilization Initiative). Lewat inisiatif ini, ia menyerukan untuk menghormati keberagaman peradaban, mengadvokasi nilai-nilai bersama umat manusia, menghargai warisan dan inovasi peradaban, serta memperkuat pertukaran dan kerja sama antarmasyarakat internasional.

Presiden Afrika Selatan yang turut berpartisipasi dalam dialog tersebut, Cyril Ramaphosa, mengatakan bahwa pihaknya menyepakati empat usulan yang diajukan oleh Presiden China Xi dalam Inisiatif Peradaban Global.

Pasalnya, Ramaphosa yang juga menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (African National Congress) itu menilai, inisiatif tersebut sangat penting bagi dunia saat ini.

Para prama China Railway Kunming Bureau Group Co Ltd terlihat di Stasiun Jalur Kereta Kunming di Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 2 Juni 2022. Sebagai salah satu proyek penting di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, Jalur Kereta China-Laos menghubungkan Kunming di China dengan Vientiane, ibu kota Laos. Xinhua/Wang Guansen Para prama China Railway Kunming Bureau Group Co Ltd terlihat di Stasiun Jalur Kereta Kunming di Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 2 Juni 2022. Sebagai salah satu proyek penting di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, Jalur Kereta China-Laos menghubungkan Kunming di China dengan Vientiane, ibu kota Laos.

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Motalefeh Islam Iran Asadollah Badamchian. Ia mengatakan bahwa usulan China tersebut wajib dilakukan.

“Masyarakat dunia harus diundang untuk menempatkan peradaban dan budaya mereka dalam keranjang peradaban global. Kemudian, di bawah kerangka kerja hubungan dan komunikasi global saat ini, dengan mempertimbangkan industri, kemajuan, serta pertumbuhan di masa mendatang, mereka bersama-sama bergerak menuju sebuah peradaban yang dibangun di atas semua peradaban manusia,” kata Badamchian.


Terkini Lainnya

Astra Agro Lestari Sepakat Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakat Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com