Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Istilah financial freedom sering disebut oleh banyak orang. Tren ini semakin digemari karena mereka tak lagi harus mengkhawatirkan pendapatan untuk memenuhi gaya hidup. Pendek kata, uang yang mereka miliki sudah berada di tahap yang cukup.
Namun, sebelum dapat meraihnya, ada beberapa tahapan dengan proses tak sebentar yang harus dilalui. Hal ini disampaikan Joice Tauris Santi, Certified Financial Planner, dalam siniar CUAN episode “Cara Merdeka Finansial?” dengan tautan akses dik.si/CUANMerdeka.
Selain itu, ada beberapa mitos dan kesalahan yang kerap menjadi penghambat seseorang mencapai financial freedom. Kesalahan apa sajakah yang banyak beredar di masyarakat itu?
Banyak orang mendefinisikan financial freedom sebagai keadaan yang sama. Namun, Joice mengatakan setiap orang memiliki pemaknaannya sendiri dan hal ini bukanlah suatu yang mutlak.
Misalnya, ada orang A yang mendefinisikan merdeka finansial saat cicilan KPR-nya sudah lunas. Ada pula definisi merdeka finansial lainnya menurut orang B, yaitu harus memiliki passive income untuk menutupi gaya hidup sampai 50 juta.
Baca juga: Lakukan Hal ini Agar Sukses Memulai Bisnis
Joice menambahkan, “Jadi, kalau dia belum dapet penghasilan yang pasif 50 juta sebulan, dia belum free.”
Itu sebabnya, kita tak perlu menjadi orang kaya atau memiliki jabatan tinggi jika ingin merasakan financial freedom. Pasalnya, yang paling penting adalah situasi keuangan tidak memiliki tanggungan sehingga kebutuhan hidup dapat tercukupi.
Di sekitar kita marak beredar batas usia jika seseorang ingin merasakan financial freedom yang ideal, yaitu 30 sampai 40 tahun. Ternyata, pernyataan ini keliru sebab financial freedom bisa dimiliki tanpa memandang usia.
Menurut Joice, keadaan ini dipengaruhi oleh seberapa keras usaha kita untuk mencapainya. Ia pun menjelaskan, “Tergantung seberapa keras kita bekerja. Semakin keras kita bekerja, makin cepat juga financial freedom kita.”
Saat sudah berada di tahap financial freedom, bukan berarti uang yang kita miliki bebas digunakan untuk berfoya-foya. Perilaku ini justru bisa membuat kita ke fase yang lebih buruk. Misalnya, berutang karena uang yang dimiliki tak cukup untuk memenuhi gaya hidup.
Uang yang kita miliki harus bisa dikelola dengan baik. Catat setiap pengeluaran dan pemasukan. Jika ada yang kurang, evaluasi secara berkala agar bisa menerapkan strategi baru untuk menambah penghasilan.
Selain itu, jangan lupa juga untuk memiliki dana darurat dan proteksi, seperti asuransi jiwa atau kesehatan. Pasalnya, situasi tak terduga akan selalu menimpa kita.
Salah satu poin penting dalam tahap financial freedom adalah memiliki pendapatan pasif, misalnya aset. Namun, aset ini perlu dikelola dengan baik dan tidak boleh merasa cukup. Misalnya, jika memiliki properti, kita harus melakukan pengecekan agar nilainya masih mampu bersaing.
Baca juga: Saham Siklikal, Saham yang Dipengaruhi Kondisi Makroekonomi
Apabila sudah satu aset telah terjamin, miliki aset lainnya. Misalnya, memiliki usaha atau warung kecil-kecilan yang dikelola oleh orang lain. Dengan begitu, kita jadi punya ruang untuk mengembangkan hingga menyalurkan passion yang terpendam.