Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soroti Kolapsnya Silicon Valley Bank, Ketua OJK: Kita Harus Lebih Waspada

Kompas.com - 29/03/2023, 05:06 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

NUSA DUA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, meski Indonesia tidak terdampak langsung atas kolapsnya Silicon Valley Bank, namun peristiwa tersebut menjadi pembelajaran untuk lebih waspada khususnya bagi sektor perbankan.

Hal tersebut disampaikan Mahendra dalam ASEAN Seminar, Innovative Strategy to Further Enhance Financial Inclusion di Nusa Dua, Bali, Selasa (28/3/2023).

"Saat ini regulator termasuk OJK harus menjadi lebih waspada dan menegakkan prinsip kehati-hatian. Yang penting dari perbankan dan perusahaan keuangan untuk mengamankan stabilitas sistem keuangan," kata Mahendra.

Baca juga: Daftar Panitia Seleksi Pimpinan OJK, Ada Nama Wishnutama

Mahendra menjelaskan, faktor penyebab kolapsnya Silicon Valley Bank. Ia mengatakan, dua tahun lalu, perusahaan rintisan (startup) memiliki banyak likuiditas di pasar modal dan aliran investasi yang besar karena kelonggaran kebijakan di Amerika Serikat dan Eropa.

Namun, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, kondisi tersebut mengalami perubahan secara drastis, di mana suku bunga AS dan Eropa meningkat tajam.

Kondisi ini, kata dia, membuat para investor di perusahaan rintisan tak lagi mengalirkan dana dan likuiditas tak lagi tersedia.

Baca juga: Pendaftaran 2 Calon Dewan Komisioner OJK Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftarnya


"Jadi startup di sektor teknologi digital termasuk fintech memang harus bersaing di pasar modal yang lebih kompetitif," ujarnya.

Mahendra melanjutkan, kondisi ini juga membuat sektor perbankan yang biasanya memberikan pinjaman kepada perusahaan rintisan menghadapi risiko ketidaksesuaian dengan naiknya suku bunga.

"Seperti yang telah kita lihat dua minggu yang lalu, ketidaksesuaian berbagai faktor yang telah saya sebutkan, telah meruntuhkan Silicon Valley Bank, dan juga pada tingkat yang lebih rendah, beberapa bank lain di AS. Jadi ini sebuah pelajaran," ucap dia.

Baca juga: Mengapa Keruntuhan Silicon Valley Bank Gagal Diprediksi?

Sebagai informasi, Silicon Valley Bank yang merupakan salah satu bank terbesar di AS itu mengalami kebangkrutan usai terjadi aksi bank run dari nasabahnya. Setelah aksi tersebut, Silicon Valley Bank kolaps hanya dalam rentang 48 jam.

Sejak didirikan pada 1983, SVB memiliki spesialisasi layanan keuangan seperti deposito, pendanaan, serta pinjaman untuk perusahaan rintisan dan yang sudah mapan. SVB juga menyediakan layanan pengelolaan modal dari investor atau pemodal ventura.

Dalam hal penyebab Silicon Valley Bank bankrut, secara umum berkaitan dengan tiga peristiwa, yaitu kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dalam menaikkan suku bunga secara agresif, krisis modal yang dialami SVB, dan aksi bank run.

Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, LPS: Tak Berpengaruh ke Perbankan Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com